Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Apersi Jatim Bangun 16.000 Unit Rumah Bersubsidi

Permintaan pasar terhadap rumah bersubsidi di daerah tersebut masih bagus.
Pekerja beraktivitas di proyek perumahan bersubsidi./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di proyek perumahan bersubsidi./JIBI-Nurul Hidayat


Bisnis.com, MALANG — Pengembang yang tergabung dalam Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jatim sudah berhasil membangun 16.000 unit rumah bersubsidi atau 80% dari target.

Ketua DPD Apersi Jatim Makhrus Sholeh mengatakan permintaan pasar terhadap rumah bersubsidi di daerah tersebut masih bagus karena masyarakat yang membutuhkan rumah untuk kali pertama dengan harga yang terjangkau masih tinggi.

“Yang sangat turun, permintaan untuk rumah komersial dengan harga di atas Rp250 juta,” katanya di Malang, Selasa (27/11/2018).

Rumah-rumah bersubsidi tersebut, kebanyakan dibangun di Banyuwangi, Jember, Probolinggo, Pasuruan, Gresik, Kediri, Tulungagung, Blitar, dan Kab. Malang.

Kebanyakan kawasan yang dibangun rumah bersubsidi, di kawasan pinggir, jauh dari pusat keramaian. Hal itu harus dilakukan karena untuk mendapatkan tanah yang dekat dengan pusat keramaian, harganya tinggi, sehingga tidak memenuhi syarat untuk dibangun rumah bersubsidi.

“Padahal jika lokasinya bagus, rumah bersubsidi dibangun berdekatan dengan pusat keramaian, permintaan end user akan tinggi sehingga unit rumah yang dibangun pengembang cepat terserap pasar,” ucapnya.

Persoalan lainnya, proses perizinan masih membutuhkan waktu yang lama dan berbiaya tinggi, meski sudah ada pemangkasan izin dari pemerintah.

Kendala lain, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang program pemerintah terkait rumah bersubisdi, yakini adanya fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP), bantuan uang muka Rp4 juta, bunga 5% fix selama masa kredit, dan bebas biaya asuransi.

“Namun secara keseluruhan, permintaan rumah bersubsidi masih banyak karena masyarakat masih banyak membutuhkannya,” ucapnya.

Untuk rumah dengan harga di atas Rp250 juta, kata dia, permintaan justru sepi. Dia menduga, sepinya permintaan rumah karena ekonomi masih melesu dan suku bunga acuan juga naik sehingga masyarakat berasumsi suku bunga kredit pemilikan rumah dari bank juga naik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper