Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tingkat Inflasi Rendah Tidak Menggambarkan Daya Beli Pulih

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni 2018 terjaga di level 0.59%, lebih rendah dari inflasi periode Lebaran Juni 2017 dan Juli 2016 sebesar 0,69%. Kondisi ini dinilai tidak menunjukan perbaikan daya beli.
Ilustrasi./Bisnis
Ilustrasi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni 2018 terjaga di level 0.59%, lebih rendah dari inflasi periode Lebaran Juni 2017 dan Juli 2016 sebesar 0,69%.

Inflasi tahun kalender 2018 sebesar 1,9% dan tahun ke tahun (yoy) 3.12% di bawah target inflasi 3,5%.

Wakil Direktur Indef, Eko Listiyanto mengungkapkan walaupun lebih rendah, inflasi menunjukan daya beli yang masih tertahan.

Dia menjelaskan inflasi tersebut jika dibandingkan dengan bulan Mei 2018 naik lebih dari dua kali lipatnya. Inflasi Mei 2018 hanya di level 0,21%.

"Padahal inflasi periode puasa Ramadan dan Lebaran seharusnya tidak jauh berbeda. Pemerintah terlena saat libur dan inflasi melonjak di minggu ketiga dan keempat Juni saat musim arus balik," ungkapnya kepada Bisnis Selasa (3/7/2018).

Sebelumnya, Suhariyanto, Kepala BPS, mengungkapkan tingkat inflasi dapat terjaga karena keberhasilan pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan harga.

"Ini angka yang menggembirakan karena lebih rendah dari bulan Lebaran tahun-tahun sebelumnya," ungkapnya.

Dari 82 kota yang dipantau BPS seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tarakan sebesar 2,71% dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 146,13, terendah di Medan dan Pekanbaru masing-masing 0,01% dengan IHK masing-masing 136,47 dan 134,60.

Suhariyanto mengungkapkan tingkat inflasi dipengaruhi kenaikan harga ikan segar, ayam ras, sewa rumah, tembakau, tarif transportasi pesawat terbang dan transportasi darat antar kota.

Transportasi udara menjadi penyumbang inflasi tertinggi sebesar 0,15%. Penyumbang inflasi terbesar lainnya, transportasi darat 0,08%, ikan segar 0,08%, daginf ayam ras 0,03%, dan tarif sewa rumah 0,02%.

"Kenaikan ini wajar saat Lebaran, kenaikan inflasi transportasi udara menjadi penyumbang terbesar. Sementara terjadi kelangkaan ikan segar karena cuaca buruk menyebabkan nelayan tidak berani melaut," jelasnya.

Di sisi lain, terdapat komoditas yang mengalami deflasi, yakni telur ayam, cabai merah, beras dan bawang putih. Deflasi telur ayam dan cabai merah sebesar 0,03% serta beras dan bawang putih 0,01%.

Suhariyanto berharap tingkat inflasi dapat tetap terjaga. Setelah periode Lebaran, kenaikan inflasi secara signifikan terjadi pada akhir tahun menjelang libur Natal dan Tahun Baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper