Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilgub Jatim: 31,3% Responden Anggap Penting Latar Belakang Agama

Hasil survei Populi Center di wilayah Jawa Timur menunjukkan 31,3% responden menilai latar belakang agama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur menjadi hal yang harus dipertimbangkan.
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan cagub nomor urut dua Saifullah Yusuf (kanan) bersalaman saat Debat Publik I Pilgub Jatim di Gedung Dyandra Convetion Center, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/4/2018). Debat publik pertama tersebut menekankan soal pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, keagamaan, budaya, kemasyarakatan, ideologi, HAM, kebangsaan, kepemudaan dan keperempuanan./Antara-Zabur Karuru
Calon Gubernur Jawa Timur nomor urut satu Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan cagub nomor urut dua Saifullah Yusuf (kanan) bersalaman saat Debat Publik I Pilgub Jatim di Gedung Dyandra Convetion Center, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (10/4/2018). Debat publik pertama tersebut menekankan soal pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, keagamaan, budaya, kemasyarakatan, ideologi, HAM, kebangsaan, kepemudaan dan keperempuanan./Antara-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA – Hasil survei Populi Center di wilayah Jawa Timur menunjukkan 31,3% responden di wilayah tersebut menilai latar belakang agama Calon Gubernur dan Wakil Gubernur menjadi hal yang harus dipertimbangkan dalam Pemilihan Gubernur Jawa Timur periode 2018-2023.

Jawa Timur dikenal sebagai basis utama organisasi agama tertua kedua di Indonesia, Nadhlatul Ulama (NU).

“Struktur sosial masyarakat Jawa Timur pun didominasi oleh banyak tokoh (elite) penting dengan relasi sosial vertikal, posisi Kyai menjadi salah satu tokohnya,” ujar Manager Survey Populi Center, Nona Evita.

Adapun, kedua pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur tidak terlepas dari statusnya sebagai tokoh yang dalam struktur sosial menempati posisi penting dalam struktur masyarakat, yakni pemuka atau pun punya relasi dekat dengan tokoh pemuka agama.

Seperti diketahui, Gus Ipul sebelumnya adalah Ketua Umum GP Ansor, organisasi Islam yang terafiliasi dengan NU, selama dua periode (2000-2005 dan 2005-2010).

Di sisi lain, Wakil Gubernur dari pasangan Khofifah-Emil, Emil Dardak, merupakan cucu dari H. Mochamad Dardak (salah satu Kyai Nahdlatul Ulama sekaligus imam besar Masjid Agung Trenggalek).

“Ketokohan kakek Emil Dardak ini dapat menjadi faktor meningkatnya dukungan terhadap pasangan calon,” ujar Nona.

Dalam rilis surveinya, Populi Center menunjukkan pasangan Khofifah-Emil unggul di salah satu wilayah yang menjadi sampel terbesar survei, yakni Mataraman. Selain itu, pasangan Khofifah-Emil juga unggul dari kompetitornya, Gus Ipul-Puti, di wilayah Pendalungan.

Berdasarkan hasil survei Populi Center, sampel terbesar terdapat di wilayah Arek 1 (28,9%) dan Mataraman (28,8%).

“Pasangan calon Khofifah-Emil unggul di wilayah Mataraman dan Pendalungan, sedangkan di wilayah lainnya tingkat dukungan terhadap pasangan calon Khofifah-Emil dan pasangan calon Gus Ipul-Puti proporsional,” papar Nona.

Selain itu, temuan pada survei bulan April 2018 menunjukan bahwa akseptabilitas Emil Dardak meningkat lebih signifikan dibanding akseptabilitas Puti Guntur Soekarno. Tingkat akseptabilitas Emil Dardak meningkat di aspek tokoh yang bersih dari korupsi, berani memberantas korupsi, mampu memimpin, tegas dan religius.

Nona Evita mengatakan peningkatan akseptabilitas Emil Dardak tentu berdampak sedikit pada kenaikan pada elektabilitas pasangan calon Khofifah-Emil di survei bulan April 2018.

Terbelahnya Suara dari Partai Pendukung

Untuk sebaran pemilih berdasarkan kategori preferensi partai politik, pemilih dengan preferensi PDI-P dan PKB memiliki dukungan suara yang terbelah.

Pemilih dengan preferensi dukungan ke PKB yang lebih memilih pasangan calon Khofifah-Emil (49,8%) dibanding pasangan calon Gus Ipul-Puti (40,4%). Sedangkan untuk pemilih dengan preferensi dukungan ke PDI-P lebih memilih mendukung pasangan calon Gus Ipul-Puti (48,9%) dibanding pasangan calon Khofifah-Emil (41,1%).

“Temuan ini menarik mengingat baik PDI-P maupun PKB merupakan dua partai yang selama ini dikenal solid dalam memberikan dukungan. Terbelahnya suara di dua partai ini, membuat tokoh-tokoh/elite di dua partai ini menjadi kunci dalam mempengaruhi suara pemilih di Pilkada Jatim 2018,” tutur Nona Novita.

Adapun, PDIP (20,4%) dan PKB (20,4%) sama-sama menjadi partai yang paling aktif dalam mengkampanyekan pasangan calonnya (Gus Ipul-Puti).

Populi Center menyelenggarakan survei di Provinsi Jawa Timur mulai tanggal 22 April hingga 28 April 2018 di 80 desa/kelurahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper