Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

GIAA Prediksi Kuartal IV Hanya Rugi di Bawah US$50 Juta

PT Garuda Indonesia Tbk. optimistis bisa menekan kerugian tahun berjalan menjadi minus US$50 juta pada kuartal IV/2018 seiring dengan keuntungan hasil hedging dan penaikan harga tiket.
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pesawat Garuda Indonesia berada di terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Senin (26/11/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA--PT Garuda Indonesia Tbk. optimistis bisa menekan kerugian tahun berjalan menjadi minus US$50 juta pada kuartal IV/2018 seiring dengan keuntungan hasil hedging dan penaikan harga tiket.

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara mengatakan perusahaan masih memiliki keuntungan dari lindung nilai (hedging) avtur yang memiliki batas akhir hingga Juni 2019. Terlebih, hedging dilakukan saat harga avtur masih rendah.

Di sisi lain, emiten berkode GIAA tersebut juga telah menaikkan harga tiket mendekati 90% dari tarif batas atas (TBA) yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perhubungan. Sebelumnya, harga tiket yang dijual hanya 65%-70% dari TBA.

"Mudah-mudahan pada Desember ini kami bisa membuat di bawah US$50 juta dari yang tahun lalu loss US$213 juta. Mudah-mudahan bisa positif," kata Ari, Selasa (11/12/2018).

Dia mengakui terjadi penurunan jumlah penumpang saat dilakukan penaikan harga tiket tersebut, tetapi berhasil mengerek pendapatan perusahaan. Kendati demikian, penurunan jumlah penumpang tersebut tidak dijelaskan lebih lanjut.

Menurutnya, lebih baik tingkat keterisian penumpang (seat load factor/SLF) tidak mencapai 100%, tetapi untung dibandingkan dengan jumlah penumpang penuh tetapi mengalami kerugian. Tingkat SLF yang rendah juga menyebabkan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi lebih rendah.

Upaya lain yang dilakukan, lanjutnya, adalah renegosiasi beberapa jenis pesawat. Pesawat CRJ-1000 sedang dinegosiasikan untuk penurunan harga sewa hingga US$100.000 per bulan, sedangkan untuk jenis ATR 72 perusahaan meminta agar pengiriman sisa pesanan tidak dilakukan.

Sebelumnya, Garuda memesan 25 unit ATR dam hingga saat ini sudah dikirim sebanyak 16 unit. Ke depannya 9 unit yang tersisa tidak akan dilakukan pengiriman.

Selain itu, jatuh tempo pembayaran sewa pesawat Boeing, termasuk Airbus yang dioperasikan Citilink, juga berhasil diperpanjang hingga 3 tahun ke depan. Garuda juga telah mengalihkan dua unit Boeing 777 kepada pihak ketiga. "Kami tidak bisa kita mengungkapkan karena saya terikat NDA [non disclosure agreement]," ujarnya.

Ari menargetkan total efisiensi yang bisa dikumpulkan mencapai US$500 juta hingga Juni 2019.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba (rugi) tahun berjalan pada 2017 mencapai minus US$213,38 juta. Adapun, pada sembilan bulan pertama 2018, Garuda membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$114,08 juta, atau turun 48,62% dibandingkan periode sama tahun la

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hendra Wibawa
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper