Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Khawatir Bank Sentral dan Pemerintah Tidak Siap untuk Downturn Berikutnya

Salah seorang pejabat tinggi di Dana Moneter Internasional (IMF) menyuarakan kembali peringatan mengenai “awan kelam” yang akan menghampiri ekonomi global. 
Kantor pusat International Monetary Fund (IMF) di Washington, AS./Reuters-Yuri Gripas
Kantor pusat International Monetary Fund (IMF) di Washington, AS./Reuters-Yuri Gripas

Bisnis.com, JAKARTA—Salah seorang pejabat tinggi di Dana Moneter Internasional (IMF) menyuarakan kembali peringatan mengenai “awan kelam” yang akan menghampiri ekonomi global. 

Wakil I Direktur Pelaksana IMF David Lipton menyampaikan bahwa pemerintah dan bank sentral mungkin ke depannya tidak akan memiliki perangkat yang mendukung untuk menghadapi tantangan ekonomi tersebut nantinya.

Dia menegaskan kembali bahwa The Fund telah mengimbau kepada seluruh pemerintah di dunia untuk “memperbaiki atap” ketika cuaca masih cerah selama dua tahun terakhir ini.

“Sama seperti anda sekalian, saya melihat awan kelam terbentuk, dan khawatir persiapan untuk menghadapi krisis masih belum sempurna,” ujarnya dalam konferensi perbankan yang diadakan oleh Bloomberg, seperti dikutip Reuters, Selasa (11/12/2018).

Lipton juga mengingatkan bahwa peregangan ekonomi global dapat membuat para pembuat kebijakan berada dalam tekanan dan ketidakpastian.

“Bank sentral tampaknya akan menelusuri langkah-langkah yang sangat tidak konvensional. Tapi, dengan keefektivan yang tidak pasti, kita seharusnya lebih memperhatikan potensi kebijakan moneter,” imbuhnya.

Sementara bagi pemerintah, Lipton menilai sebagian besar negara tidak akan memiliki cukup ruang untuk memanuver kebijakan, apalagi bagi negara-negara yang telah memiliki tingkat utang tinggi.

“Kita tidak dapat berharap bahwa pemerintah dapat memiliki ruang yang cukup untuk merespons tren ke arah negatif (downturn) seperti yang terjadi sedekade lalu,” ujar Lipton.

Adapun stimulus fiskal juga dinilai Liptop dapat menjadi tantangan politik yang besar mengingat beban finansial yang disebabkannya.

Lipton melanjutkan, ancaman terbesar saat ini masih di seputar perang dagang antara Amerika Serikat dan China.

IMF sebelumnya memperkirakan, setidaknya sekitar 0,75% dari produk domestik bruto (PDB) global dapat hilang pada 2020 jika tarif yang diancamkan oleh dua ekonomi terbesar di dunia itu diberlakukan.

“Itu akan seperti melukai diri sendiri. Jadi penting sekali supaya masa gencatan senjata ini dapat menghasilkan kesepakatan yang berkelanjutan dan dapat menghindarkan dunia dari penyebaran tensi [dagang],” tutur Lipton.

Dia menambahkan, jika AS dan China gagal membuat konsesi dalam masa perundingan kali ini, dampaknya adalah kerusakan fragmentasi ekonomi global yang dapat menyeret perekonomian ke area negatif (downturn).

IMF juga sempat menyebutkan bahwa laju stabil yang dinikmati oleh ekonomi global sejak pertengahan 2016 memang masih berlanjut, tapi kini ekspansinya telah menjadi kurang seimbang dan bahkan telah mencapai puncaknya di beberapa ekonomi utama dunia.

Berdasarkan kondisi tersebut, IMF pun memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global sebesar 0,2% menjadi 3,7% untuk tahun ini dan tahun depan, atau sama dengan laju ekspansi pada 2017, dalam Laporan World Economic Outlook (WEO) October 2018: Challenges to Steady Growth.

IMF menegaskan, eskalasi tensi dagang serta pergeseran arah kebijakan menjauhi multilateral dan sistem perdagangan berbasis aturan merupakan ancaman utama untuk prospek ekonomi global ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper