Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Generasi Milenial Doyan Belanja, Peritel Pasang Strategi

Jumlah generasi milenial semakin besar, membuat peritel lakukan penyesuaian dalam strategi bisnisnya.
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis
Konsumen memadati pusat perbelanjaan produk ritel/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA --Jumlah generasi milenial semakin besar, membuat peritel lakukan penyesuaian dalam strategi bisnisnya.

Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan, porsi generasi milenial cukup besar, dan sebagian dari mereka sudah memiliki kemampuan belanja yang lebih baik, sehingga peritel harus melakukan penyesuaian dalam strategi bisnisnya.

"Kalau kami pasti mengikuti tren itu, mulai dari pelaku usaha makanan dan minuman hingga fesyen itu mati-matian untuk dapat menjaring generasi milenial ini," katanya kepada Bisnis, Senin (10/12/2018).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Februari 2018, jumlah generasi milenial (umur 15 tahun hingga 35 tahun) tercatat 85,62 juta, atau sekitar 32,30 % dari jumlah penduduk yang mencapai 265 juta.

Angka tersebut naik 1 juta jika dibandingkan dengan jumlah generasi milenial pada Februari 2013 yang tercatat 84,62 juta.

Budhi menjelaskan sebagian besar anggota Hippindo saat ini sudah mengubah template iklannya, dan lebih memilih untuk mengedepankan generasi milenial sebagai pemeran iklannya.

Selain itu, anggota Hippndo juga semakin banyak yang berkolaborasi dengan marketplace untuk memasarkan produknya. 

Meski harus memberi harga lebih rendah, tetapi peritel berharap mendapat keuntungan lebih besar dari permintaan generasi milenial yang lebih besar di perdagangan elektronik.

"Kita sekarang tidak hanya aktif di offline saja, tetapi juga online. Kita ikut pesta belanja onlinne, dan nanti kita juga ikut pesta belanja online 12.12," ujarnya.

Tidak hanya itu, Budhi mengatakan peritel saat ini juga sudah banyak memperbesar porsi produk khusus untuk generasi milenial.

"Besar porsi produk generasi milenialnya itu sesuai peritelnya masing-masing, tetapi itu sudah semakin besar," ujarnya.

Senada, CEO PT Mega Perintis (Manzone) Afat Adinata mengatakan, perusahaan juga telah menyadari besarnya pengaruh generasi milenial dalam bisnis fesyen.

Bahkan, berdasarkan survey internal yang dilakukan, porsi pelanggan Manzone yang berumur di bawah 26 tahun mencapai 44%.

Meski demikian, Afat mengatakan perusahaan memang sudah menjadikan generasi milenial (laki-laki) sebagai target pasarnya. 

Hanya saja, perusahaan tidak hanya akan bertahan pada generasi melenial, tetapi juga akan tetap menemani mereka hibgga beranjak dewasa.

"Jadi, kami ingin lebih menjangkau life cycle generasi milenial tersebut," jelasnya.

Adapun, untuk mengoptimalkan belanja generasi milenial, Manzone lebih memilih saluran pemasaran dari kegiatan goes to campus. 

"Kami ingin lebih dekat dengan generasi milenial. Kami secara rutin kami melakukan event manzone goes to campus, memberikan kuliah umum terkait dengan entrepreneurship dan management di industri ritel fesyen ," paparnya.

Di lain pihak, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan mal juga melakukan penyesuaian dalam caranya mengelola. Bahkan, stefanus mencatat mal kelas menengah memiliki porsi kunjungan generasi milenial hingga 70%.

"Semua orang tahu bahwa yang paling banyak belanja itu milenial antara umur 20-34 tahun itu milenial. Jadi, tidak heran jika pengelola pusat perbelanjaan juga memfokuskan strategi pada optimalisasi kunjungan generasi milenial," ujarnya.

Adapun, untuk memanfaatkan potensi kunjungan tersebut, sebagian besar pengelola pusat perbelanjaan telah menghias mal dengan spot-spot menarik buat generasi milenial berfoto.

"Setiap tahun kami coba untuk mengubah tema mal, kami buat tempat menarik yang instagramable, dan kami juga minta tenant untuk mengubah interiornya," tutur Stefanus.

Selain itu, katanya pengelola pusat perbelanjaan juga lebih aktif menggandeng komunitas komunitas generasi milenial, baik secara langsung maupun melalui sosial media.

"Daripada harus mengadakan acara kontes menyanyi, kami sekarang lebih fokus pada komunitas generasi milenial ini. Mereka lebih cepat untuk diarahkan kunjungannya," ujar Stefanus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper