Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspektasi Surplus Pasokan Tekan Harga Komoditas Nikel

Harga nikel melorot ke level terendah sejak Oktober tahun lalu, tertekan oleh kekhawatiran akan surplus pasokan pada 2019 dan pelemahan permintaan dari China sebagai konsumen terbesar.
Nikel/Istimewa
Nikel/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Harga nikel melorot ke level terendah sejak Oktober tahun lalu, tertekan oleh kekhawatiran akan surplus pasokan pada 2019 dan pelemahan permintaan dari China sebagai konsumen terbesar.

Logam industri lainnya juga mengalami penurunan tajam karena kekhawatiran bahwa pembicaraan perdagangan antara Amerika Serikat dan China akan gagal pada akhir pekan ini dan memicu perlambatan pertumbuhan ekonomi yang makin parah.

Adapun, yang menambah sentimen bearish untuk nikel adalah kabar penurunan penggunaan logam itu sebagai bahan baterai mobil. Sebelumnya, kendaraan listrik digadang-gadang sebagai sumber baru peningkatan permintaan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (23/11) harga nikel anjlok 55 poin atau 0,50% menjadi US$10.915 per ton setelah sebelumnya turuh ke level terendah 13 bulan di US$10.735 per ton. Secara year-to-date (ytd) harga nikel mengalami penurunan 14,46%.

Analis CRU Peter Peng menuturkan bahwa penyebab utama pelemahan harga nikel salah satunya karena sejumlah investor China yang bertaruh akan penurunan harga.

"Investor mengira produksi di Indonesia akan membawa surplus pasokan pada tahun depan, ditambah dengan permintaan baja antikarat yang menurun," ungkapnya, dilansir dari Reuters, Minggu (25/11/2018).

Peter menambahkan, ekspektasi akan pasokan tersebut telah mengirim harga nikel anjlok 15% sejak September lalu.

Selain nikel, harga logam industri lainnya juga ikut memerah. Tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) mengalami penurunan 48 poin atau 0,77% menjadi US$6.207 per ton. Selama 2018, harga tembaga turun 14,35%.

Selanjutnya, harga seng juga turun 63 poin atau 2,44% menjadi US$2.519 per ton dan turun 24,10% secara ytd. Kemudian, harga timah hitam atau lead melorot 26,50 poin atau 1,33% menjadi US$1.968 dan turun 20,88% sepanjang tahun ini.

Harga timah juga turun 450 poin atau 2,34% menjadi US$18.800 per ton dan turun 6,12% sepanjang 2018 berjalan. Untuk harga aluminium naik 2,50 poin atau 0,13% menjadi US$1.949 per ton dan mencatatkan penurunan harga 14,07% secara ytd.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper