Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gejolak Harga Pangan Bayangi Akhir 2018

Ancaman gejolak inflasi bahan pangan masih membayangi akhir tahun ini, kendati pemerintah telah membuka keran impor untuk mengamankan stok dan menstabilkan harga komoditas pangan.
Presiden Joko Widodo blusukan ke Pasar Kranggan, di Yogyakarta, Rabu (25/7/2018)./JIBI-Desi Suryanto
Presiden Joko Widodo blusukan ke Pasar Kranggan, di Yogyakarta, Rabu (25/7/2018)./JIBI-Desi Suryanto

Bisnis.com, JAKARTA — Ancaman gejolak inflasi bahan pangan masih membayangi akhir tahun ini, kendati pemerintah telah membuka keran impor untuk mengamankan stok dan menstabilkan harga komoditas pangan.

Pemerhati pertanian dan pangan dari Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Husein Sawit mengatakan, kenaikan inflasi bahan pangan belum akan terhindarkan pada akhir tahun. Menurutnya, kondisi itu terjadi karena pemerintah belum bisa menyelesaikan persoalan fundamental di sektor pangan, yakni data produksi yang valid.  

“Persoalannya ada pada data dan ego sektoral kementerian/lembaga yang memiliki wewenang di sektor pangan. Selama ini, persoalan itu tidak terselesaikan, sehingga pelaku di sektor pangan menjadi  korban,” ujarnya kepada Bisnis, belum lama ini.

Dia melanjutkan, akibat persoalan data yang tak terselesaikan tersebut, impor pangan yang tak tepat guna menjadi solusi yang kerap diambil pemerintah. Belum lagi, selama ini dia melihat eksekusi impor pangan sering kali tidak tepat waktu.

Dia mencontohkan, eksekusi impor beras yang dilakukan bersamaan dengan masa panen raya yang menyebabkan penumpak stok komoditas tersebut di dalam negeri. Sebaliknya, ketika masa panen raya selesai, kelangkaan beras pun terjadi.

Pemerintah, menurutnya, juga tidak melakukan perhitungan yang tepat pada perubahan preferensi minat masyarakat terhadap jenis beras di pasaran. Akibatnya, penyaluran beras milik Perum Bulog (Persero) untuk stabilisasi harga pasar seringkali tidak efektif.

Selanjutnya, dia mencontohkan keterlambatan impor jagung oleh pemerintah. Menurutnya, klaim Kementerian Pertanian mengenai surplus produksi jagung sejumlah 12,8 juta ton pada tahun ini tidak terbukti di pasar.

Pasalnya, harga jagung untuk pakan justru melonjak hingga Rp5.500/kg dari harga acuan yang ditetapkan pemerintah sejumlah Rp4.000/kg. Adapun, upaya impor jagung sebanyak 100.000 ton pada bulan ini dinilainya telah terlambat lantaran banyaknya peternak unggas yang melakukan afkir dini pada ternaknya.

“Akibatnya, impor pangan yang pemerintah lakukan selama ini justru pada akhirnya tidak bermanfaat banyak. Inflasi harga pangan akan tetap terjadi dan justru membebani neraca perdagangan kita,” jelasnya

Saat dhubungi terpisah, Sekertaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih mengatakan, pemerintah telah berupaya melakukan pengendalian waktu impor. Hal itu dilakukan demi mengamankan agar gejolak harga pangan tidak terjadi.

“Kami lakukan pengendalian, kami punya jadwal mana yang perlu ditahan dan mana yang perlu dilepas impornya, sepeti gula. Jadi kami yakin harga pangan akan aman hingga akhir tahun nanti,” jelasnya.

TETAP OPTIMISTIS

Sementara itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita tetap optimistis harga bahan pangan pada akhir tahun terkendali dan mencapai target inflasi. "Target inflasi yang 3,5% itu niscaya tercapai. Dengan demikian, daya beli masyarakat benar-benar dapat kita jaga," katanya saat ditemui di sela-sela KTT ke-33 Asean di Singapura, pekan ini.

Menurutnya, dua hal yang menjadi perhatian utama adalah ketersediaan bahan pokok dan fluktuasi harga barang seiring dengan kenaikan konsumsi publik pada akhir tahun dan perubahan cuaca. Dia menambahkan, Kemendag juga tidak menutup mata dengan kenyataan ada kenaikan harga beras premium di pasar.

"Namun, pemerintah melalui Bulog memiliki stok yang cukup sebesar 2,4 juta ton, di mana 1,8 juta tonnya merupakan eks impor, sisanya eks dalam negeri," kata Mendag.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengatakan harga komoditas pangan yang perlu diwaspadai pada pengujung tahun ini adalah beras, daging, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bumbu dapur.

Untuk beras, meski Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan surplus 2,85 juta ton sepanjang 2018, harga komoditas ini tetap berpotensi melonjak. Pasalnya, harga gabah/beras yang mulai mahal membuat Bulog tidak bisa menyerap surplus beras tersebut.

Bahkan, dia menyebut, masih lemahnya tata kelola niaga membuat surplus tersebut justru dimanfaatkan oleh segelintir oknum untuk mencari keuntungan sendiri pada akhir tahun. "Di sisi lain, ketegasan satuan tugas pangan juga masih belum maksimal untuk mengantisipasi moral hazard tersebut," katanya.

Lebih lanjut, dia mengkhawatirkan kenaikan harga beras tersebut akan memicu kenaikan harga komoditas pangan lainnya. Pasalnya, besarnya pengaruh beras dalam konsumsi masyarakat akan memicu petani dan pedagang menaikkan harga pangan.

Perkembangan Inflasi Pangan 2018

------------------------------------

Bulan              Tingkat (%)

------------------------------------

Januari             2,34

Februari           0,13

Maret               0,14

April                -0,26

Mei                  0,21

Juni                  0,88

Juli                   0,86

Agustus           -1,10

September       -1,26

Oktober           0,15

------------------------------------

 

Impor Bahan Pangan

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Komoditas                              Januari-Oktober 2017                                              Januari-Oktober 2018

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

                                                Volume           (juta ton)        Nilai (US$ miliar)        Volume (juta ton)                   

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Daging lembu                          0,13                 0,46                 0,15                                         0,54

Biji gandum dan meslin          9,57                 2,22                 8,34                                         2,10

Gula pasir                                0,06                 0,03                 0,07                                         0,31

Jagung                                     0,41                 0,09                 0,50                                         0,10

Bawang putih                          0,41                 0,45                 0,35                                         0,30

Beras (*)                                  -                       -                       1,79                                         0,83

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keterangan: (*) beras setengah digiling atau digiling seluruhnya

Sumber: BPS, 2018

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper