Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Jangka Panjang Disarankan Mulai Masuk Reksa Dana Saham

Mulai masuknya dana asing serta meredanya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China diyakini akan membawa angin segar bagi pasar saham di Tanah Air.
Petugas menjelaskan tata cara berinvestasi kepada calon investor di gedung Jakarta Investment Center (JIC), Jakarta, Kamis (2/8/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Petugas menjelaskan tata cara berinvestasi kepada calon investor di gedung Jakarta Investment Center (JIC), Jakarta, Kamis (2/8/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Mulai masuknya dana asing serta meredanya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China diyakini akan membawa angin segar bagi pasar saham di Tanah Air.

Ivan Jaya, Head of Wealth Management & Retail Digital Business Bank Commonwealth mengatakan, kedua faktor itu mendorong perbaikan indeks harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa hari perdagangan terakhir.

Untuk itu, investor disarankan kembali mengoleksi reksa dana saham pada bulan ini.

"Kami merekomendasikan reksa dana saham sebagai pilihan bagi nasabah yang ingin berinvestasi untuk jangka panjang," kata dia, Rabu (14/11/2018).

Dia menjelaskan, di tingkat global para investor melihat China sebagai raksasa ekonomi terbesar kedua di dunia saat ini tengah tumbuh melambat yakni 6,5% year on year (yoy) pada kuartal/III 2018, lebih rendah dari yang diharapkan.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi AS yang positif dan kondisi pasar tenaga kerja yang semakin ketat, meningkatkan peluang bagi The Fed untuk kembali menaikkan suku bunga pada penghujung 2018.

"Kenaikan suku bunga yang disertai oleh pertumbuhan ekonomi umumnya positif untuk pasar saham sehingga untuk nasabah dengan profil risiko growth masih dapat mempertahankan alokasi saham sebesar 70% di dalam portofolio," kata Ivan, Rabu (14/11/2018).

Sepanjang Oktober lalu, pasar saham dan pasar obligasi Indonesia mengalami koreksi. IHSG terkoreksi -2,42% atau sebesar -8,24% year-to-date, sedangkan BINDO Index mencatatkan total return -6,28% ytd.

Di sisi lain, ekonomi Indonesia pada kuartal III/2018 tumbuh 5,17% year on year (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari kuartal III/2017 yang sebesar 5,06% yoy, tapi masih lebih rendah dibandingkan dengan kuartal II/2018 yang sebesar 5,27% yoy.

Neraca perdagangan Indonesia pada September lalu juga secara tidak terduga mencatat surplus US$227 miliar, ketika konsensus memperkirakan akan terjadi defisit. Sentimen positif lainnya datang dari laporan keuangan emiten untuk kuartal III/2018 yang tercatat positif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper