Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Peringatkan Ancaman Resesi di Turki dan Argentina

Krisis mata uang di Turki dan Argentina mungkin telah berlalu, tetapi ekonomi dua negara ini terancam menghadapi resesi pada beberapa kuartal mendatang.
Seorang pria melambaikan bendera Turki usai percobaan kudeta militer ke Presiden Tayyip Erdogan, Sabtu (16/7/2016)/Reuters
Seorang pria melambaikan bendera Turki usai percobaan kudeta militer ke Presiden Tayyip Erdogan, Sabtu (16/7/2016)/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Krisis mata uang di Turki dan Argentina mungkin telah berlalu, tetapi ekonomi dua negara ini terancam menghadapi resesi pada beberapa kuartal mendatang.

Dalam laporannya, Moody's Investors Service menyatakan bahwa pelemahan mata uang lira Turki dan peso Argentina, dua dari mata uang berkinerja terburuk tahun ini secara global, akan berwujud menjadi kontraksi ekonomi yang tajam saat pertumbuhan melambat di seluruh pasar negara maju dan berkembang.

Dengan langkah pengetatan moneter di sejumlah negara dan perselisihan perdagangan yang berdampak negatif terhadap investasi di seluruh dunia, lembaga pemeringkat internasional itu menyampaikan pandangan yang semakin suram mengenai prospek pertumbuhan negara-negara berkembang seperti Turki dan Argentina.

Negara-negara tersebut dianggap memiliki eksposur yang relatif tinggi terhadap pembiayaan eksternal dan oleh karenanya menjadi yang paling rentan.

“Ekonomi Turki kemungkinan akan mengalami kontraksi hingga paruh pertama tahun depan akibat pelemahan lira dan meningkatnya biaya pinjaman,” terang Moody's, seperti dikutip Bloomberg.

Sementara itu, produk domestik bruto (PDB) di Argentina tidak akan kembali ke pertumbuhan yang positif hingga 2020 sebagai akibat dari konsolidasi moneter dan fiskal yang besar di bawah program Dana Moneter Internasional (IMF).

Inflasi Turki bergerak di kisaran laju tercepatnya sejak Presiden Recep Tayyip Erdogan mulai berkuasa 15 tahun lalu, sedangkan suku bunga tinggi mengaburkan prospek investasi. Meski mampu memulihkan sebagian pelemahannya, lira masih turun 30% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.

“Inflasi dua digit, peningkatan tajam dalam biaya pinjaman dan pinjaman bank yang dibatasi kemungkinan akan membebani daya beli rumah tangga, konsumsi swasta, dan investasi,” lanjut Moody's.

Senada dengan peringatan oleh Moody's, IMF memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi Turki akan terpeleset menjadi 0,4% pada 2019 dari 3,5% tahun ini.

“Lira yang lebih lemah, biaya pinjaman yang lebih tinggi, dan ketidakpastian yang meningkat membebani investasi dan permintaan,” kata IMF dalam laporannya.

Moody's melihat ekonomi Turki akan tumbuh 1,5% pada 2018 dan berkontraksi 2% pada tahun berikutnya. Moody's juga memprediksi PDB Argentina akan menyusut 2,5% tahun ini dan 1,5% pada 2019.

Turki harus pula berjuang dengan inflasi yang meningkat terlepas dari prospek ekonomi yang memburuk. Inflasi Turki yang berakselerasi menjadi 25,2 secara tahunan pada Oktober, diprediksi akan tetap dalam dua digit hingga 2020.

Adapun di Argentina, ekspektasi inflasi akan terus meningkat terlepas dari langkah pengetatan oleh bank sentral negara tersebut. Menurut Moody's, perlu beberapa waktu sebelum manfaat dari kebijakan moneter sepenuhnya terwujud. Inflasi diperkirakan secara bertahap turun menuju 20% pada akhir 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper