Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rusia, Jerman, Prancis, dan Turki Serukan Gencatan Senjata Jangka Panjang di Suriah

Kepala negara Rusia, Jerman, Prancis dan Turki bertemu di Istanbul Sabtu (27/10/2018) guna membahas penyelesaian konflik di Suriah
Seorang anak laki-laki duduk di kursi di sepanjang jalan yang rusak di kota Douma di Damaskus, Suriah pada 16 April 2018./Reuters
Seorang anak laki-laki duduk di kursi di sepanjang jalan yang rusak di kota Douma di Damaskus, Suriah pada 16 April 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Para pemimpin dari sejumlah negara seperti Rusia, Jerman, Prancis, dan Turki menekankan pentingnya gencatan senjata jangka panjang di Suriah. Mereka juga menyerukan komite perumus konstitusi baru Suriah untuk melakukan pertemuan sebelum akhir tahun.

Presiden Rusia Vladimir Putin, Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu pada pertemuan tingkat tinggi di Istanbul, Turki pada Sabtu (27/10/2018) guna mendiskusikan penyelesaian konflik di Suriah.

Pemerintah Turki yang sejak awal mendukung kelompok pemberontak pemerintahan Bashar al-Assad dan Rusia yang tak lain adalah sekutu Assad bulan lalu menyepakati pembentukan daerah demiliterisasi di barat laut Idlib.

Idlib dan sekitarnya merupakan daerah terakhir yang dikuasai kelompok pemberontak. Kawasan ini dihuni sekitar 3 juta orang dan lebih dari setengahnya telah mengungsi ke daerah lain seiring makin gencarnya serangan pasukan pemerintah.

“Rusia dan Turki sudah mengeosiasikan suatu perjanjian yang harus diimplementasikan. Jaminan pelaksanaan tengah dibuat... Kami sangat berhati-hati untuk memastikan komitmen ini dipenuhi dan gencatan senjata akan stabil dan berkelanjutan,” kata Presiden Prancis Emmanuel Macron kepada wartawan sebagaimana dilansir Reuters.

“Kami mengandalkan Rusia untuk menekan pemerintah Suriah,” lanjut Macron.

Jumat kemarin sebuah baku tembak terjadi di Idlib. Penembakan tersebut memakan 7 korban jiwa dari kalangan sipil. Pengawas perang menyatakan Ini adalah jumlah korban dalam sehari terbesar setelah serangan udara Rusia berhenti sejak pertengahan Agustus.

Lewat perjanjian yang dibuat Turki dan Rusia bulan lalu, sepanjang 15-20 kilometer daerah menuju teritori pemberontak harus netral dari segala senjata dan pejuang jihadis.

Presiden Rusia mengatakan Turki telah memenuhi aturan tersebut. Meski prosesnya tidak mudah, ia menyatakan Rusia akan terus bekerja sama melaksanakan kesepakatan tersebut.

Lewat komunike bersama yang dihasilkan keempat kepala negara saat pertemuan, mereka juga menyerukan pertemuan komite konstitusi pada akhir tahun.

Erdogan, lewat pernyataannya kepada wartawan mengatakan pertemuan tersebut harus diselenggarakan sesegera mungkin.

Peserta konferensi perdamaian Suriah di Rusia Januari lalu menyepakati pembentukan komite beranggotakan 150 orang yang bertugas menulis ulang konstitusi Suriah dengan komposisi sepertiga anggota dari kubu pemerintah, sepertiga dari oposisi, dan sepertiga lainnya dari PBB.

Perwakilan PBB Staffan de Mistura Jumat (26/10/2018) melaporkan pada Dewan Keamanan bahwa pemerintah Suriah ingin PBB memfasilitasi perumusan konstitusi, namun mereka tidak ingin PBB menjadi bagian dari komite tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper