Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Eksternal Seret IHSG dan Rupiah Melemah Siang Ini

Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (18/10/2018).
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan melintas di dekat monitor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/10/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Kamis (18/10/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,66% atau 38,65 poin ke level 5.829,97 pada akhir sesi I, setelah mulai tergelincir ke zona merah saat dibuka turun 0,32% atau 18,50 poin di level 5.850,12.

Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada level 5.828,14 – 5.858,79. Pada perdagangan Rabu (17/10/2018), IHSG mampu melanjutkan penguatannya pada perdagangan hari kedua dengan berakhir menguat 1,17% di posisi 5.868,62.

Pergerakan enam dari sembilan sektor pada IHSG menetap di zona merah, dipimpin infrastruktur (-2,45%) dan konsumer (-0,69%). Tiga sektor lainnya menetap di wilayah positif, dipimpin pertanian yang menguat 3,02% sekaligus membatasi pelemahan IHSG.

Sebanyak 150 saham menguat, 199 saham melemah, dan 261 saham stagnan dari 610 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia siang ini.

Bersama IHSG, indeks saham lain di Asia mayoritas juga memerah siang ini, di antaranya indeks indeks FTSE Malay KLCI (-0,14%), indeks SE Thailand (-0,38%), indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,15%), dan indeks PSEi Filipina (-0,08%).

Sementara itu, indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang masing-masing turun 0,43% dan 0,77%, indeks Kospi Korea Selatan turun 0,74%, sedangkan indeks Shanghai Composite dan CSI 300 masing-masing merosot 2% dan 1,54%.

Dilansir Bloomberg, bursa saham di Asia turun setelah imbal hasil obligasi AS kembali naik ke level tertingginya dalam tujuh tahun pascarilis risalah pertemuan kebijakan Federal Reserve (FOMC minutes) pada September.

Sementara itu, mata uang yuan China mencapai titik terlemahnya sejak awal tahun lalu. Yuan melemah terhadap dolar AS setelah Departemen Keuangan AS menahan diri untuk melabeli China sebagai manipulator mata uang, sementara pada saat yang sama meningkatkan pengawasan terhadap kebijakan nilai tukar Tiongkok.

Aksi penghindaran risiko di seluruh pasar menyoroti kerapuhan kepercayaan investor hanya beberapa hari setelah pekan terburuk sejak Maret untuk pasar saham global.

Meski laporan keuangan yang solid telah memacu rebound pada awal pekan ini, momentum tersebut memudar pada perdagangan Rabu (17/10/2018) di bursa Amerika Serikat (AS).

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 91,74 poin atau 0,36% di level 25.706,68, indeks Standard & Poor’s 500 kehilangan 0,71 poin atau 0,03% ke 2.809,21 dan Nasdaq Composite berakhir turun 2,79 poin atau 0,04% di 7.642,70.

“Kami terus berpikir bahwa AS fokus pada manipulasi mata uang sebagai praktik perdagangan yang tidak adil dan akan berurusan dengan kekhawatiran mata uang China dalam konteks pembicaraan perdagangan yang lebih luas,” ujar ekonom pasar global Citigroup Cesar Rojas dalam risetnya, seperti dikutip Bloomberg.

Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah di pasar spot terpantau melemah 43 poin atau 0,28% ke level Rp15.193 per dolar AS.

Mata uang Garuda sebelumnya dibuka terdepresiasi 38 poin atau 0,25% di level Rp15.188 per dolar AS. Sepanjang perdagangan pagi ini, rupiah bergerak di level Rp15.188-15.195 per dolar AS.

Padahal, pada perdagangan Rabu (17/10/2018), rupiah masih mampu melanjutkan apresiasinya pada hari kedua dengan berakhir menguat 51 poin atau 0,34% di posisi Rp15.150 per dolar AS.

Rupiah melemah bersama mayoritas mata uang Asia setelah rilis risalah rapat bank sentral AS Federal Reserve (FOMC minutes) pada September menunjukkan kecenderungan berlanjutnya siklus kenaikan tingkat suku bunga (Fed Funds Rate/FFR).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper