Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demi Akuntabilitas Bantuan Risha di NTB Disalurkan Melalui Pokmas

Penyaluran bantuan pembangunan rumah dengan teknologi Risha dari Kementerian PUPR untuk masyarakat terdampak gempa di NTB akan disampaikan melalui kelompok masyarakat atau Pokmas.
Sukarno, korban gempa Nusa Tenggara Barat (NTB), membangun rumah dengan konsep terbalik setelah rumah lamanya hancur akibat gempa di Desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat./Istimewa
Sukarno, korban gempa Nusa Tenggara Barat (NTB), membangun rumah dengan konsep terbalik setelah rumah lamanya hancur akibat gempa di Desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Bantuan pembangunan rumah dengan teknologi Risha dari Kementerian PUPR untuk masyarakat terdampak gempa di NTB disampaikan melalui kelompok masyarakat atau Pokmas.

Pokmasdibentuk di tingkat kecamatan.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan pembentukan Pokmas untuk menjamin akuntabilitas bahwa penerima bantuan tepat sasaran, yaitu korban bencana yang rumahnya rusak berat.

"Prosesnya dari BNPB ke BPBD Kabupaten, kemudian disampaikan ke rekening warga, yang membentuk pokmas. Warga menyerahkan kuasa kepada pokmas untuk membeli bahan bangunan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan. Dengan adasnya Pokmas, warga jadi saling mengecek, penyalurannya dipastikan untuk rumah yang rusak berat dan memastikan uang bantuan dipakai untuk membangun kembali rumah warga," papar Basuki dikutip dari keterangan resminya, Rabu (17/10/2018).

Basuki mengatakan saat ini sudah terbentuk 430 pokmas korban bencana gempa di NTB. Masing-masing beranggotakan 10 hingga 20 orang.

Masyarakat akan dibantu tim pendamping dalam membangun kembali rumahnya dengan teknologi rumah tahan gempa.

Tim pendamping beranggotakan sembilan orang terdiri atas Tim Balitbang, TNI/Polri, fasilitator, relawan, dan mahasiswa KKN Tematik.

Untuk mempercepat penyaluran bantuan, Pemerintah telah menyederhanakan format pencairan dana perbaikan rumah dari sebelumnya 17 formulir menjadi 1 formulir saja.

Selain itu, Basuki menegaskan bahwa rumah tahan gempa yang dibangun tidak harus menggunakan Rumah Instan Sederhana Sehat atau Risha, bisa juga dengan teknologi lainnya.

"Masing-masing warga kebutuhannya berbeda, ada yang ingin bangun RISHA, Rumah Instan Kayu (RIKA), serta Rumah Kayu dan Konvensional (RIKO). Risha itu salah satu metode yang sudah teruji tahan gempanya, tetapi kalau masyarakat mau bikin RIKA atau rumah konvensional silakan, akan didampingi tim yang sudah dilatih," ujar dia.

Hingga kini, tantangan dan kendala percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah warga adalah verifikasi jumlah rumah rusak berat yang berhak menerima bantuan. Masih terdapat data yang terduplikasi dari daftar yang ada.

Sementara itu, dukungan percepatan pembangunan Risha juga dilakukan BUMN Karya di antaranya PT. Waskita Karya.

Waskita telah membuka Batching Plant atau area untuk memproduksi panel beton dalam skala besar di Kecamatan Praya dan PT. Wijaya Karya di Kecamatan Labu Api.

"Kita gerakkan BUMN untuk percepatan. Target produksi panel Risha untuk 8 unit rumah per harinya. Satu rumah itu sekitar 138 panel, sehingga satu hari bisa produksi sekitar 800 panel. Itu baru PT. Waskita, belum di PT. Wika. UMKM juga kita gerakkan dengan harga jual yang sama dengan BUMN," papar Basuki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper