Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perkiraan Produksi Minyak AS Naik, Harga Merosot Lagi

Harga minyak mentah dunia kembali memerah karena adanya prediksi kenaikan produksi di AS dan pertumbuhan jumlah cadanganmya. Namun, kabar penurunan ekspor minyak Iran akan membatasi penurunan harga.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali memerah karena adanya prediksi kenaikan produksi di AS dan pertumbuhan jumlah cadanganmya. Namun, kabar penurunan ekspor minyak Iran akan membatasi penurunan harga.

Pada perdagangan Selasa (16/10) harga minyak Brent turun 0,73 poin atau 0,90% menjadi US$80,05 per barel dengan kenaikan harga sekitar 21% selama 2018 berjalan.

Adapun, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) tercatat turun 0,70 poin atau 0,98% menjadi US$71,08 per barel dan naik lebih dari 18% secara year-to-date (ytd).

Analis komoditas di Commerzbank Carsten Fritsch mengatakan bahwa produksi minyak serpih terus berlanjut dan tak terhenti di AS.

"Kenaikan produksi minyak AS menjadi salah satu alasan mengapa pasar global tetap bisa memenuhi permintaan bahkan hingga tahun depan," ungkapnya, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (16/10/2018).

Data Energy Information Administration (EIA) menunjukkan, produksi minyak serpih dari tujuh teluk utama AS diperkirakan naik hingga 98.000 barel per hari pada November ke titik rekor menjadi 7,71 juta barel per hari.

Perubahan terbesar diperkirakan terjadi di Teluk Permian dari Texas dan New Mexico yang produksinya bisa bertambah hingga 53.000 barel per hari ke puncak tertingginya sebanyak 3,55 juta barel per hari.

Produksi minyak AS terus bertambah dengan stabil dalam 5 tahun terakhir hingga jumlahnya mencapai rekor ke poaiai 11,2 juta barel per hari pada pekan 5 Oktober lalu. Tetapi, infrastrukturnya tidak sejalan dengan laju kenaikan produksi itu sehingga tangki minyak domestik AS meluap.

"Setelah pipa saluran dan terminal minyak dibangun untuk menghubungkan [pusat kilang] usat Pe ke Pantai Teluk AS, akan menjadi langkah besar pada ekspor minyak mentah AS," ujar Harry Tchilinguirian, ahli strategi minyak di BNP Paribas.

Cadangan minyak AS diperkirakan naik pada pekan lalu dan menjadi kenaikan mingguan empat kali berturut-turut hingga sekitar 1,1 juta barel sebelum data American Petroleum Institute (API) dan EIA merilis data resminya.

Mengimbangi data AS, muncul laporan bahwa ekspor minyak mentah Iran anjlok lebih cepat dari perkiraan menuju sanksi dari AS pada 4 November mendatang.

Dalam dua pekan awal Oktober ini, Iran hanya mengekspor 1,33 juta barel minyak per hari ke negara-negara seperti India, China, dan Turki. Jumlah tersebut turun dari ekspor sebanyak 1,6 juta barel per hati pada periode yang sama September lalu.

Ekspor minyak Iran pada Oktober merosot tajam dari sebelumnya mencapai 2,5 juta barel per hari pada April sebelum Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir multilateral dengan Iran pada Mei dan kembali menyatakan akan menjatuhkan sanksi.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammed Barkindo mengatakan bahwa kapasitas tambahan produksi minyaknya menyusut. Dengan demikian produsen dan perusahaan diimbau untuk meningkatkan kapasitas produksi dan berinvestasi lebih banyak untuk memenuhi permintaan yang ada saat ini.

Dengan kapasitas minyak dunia yang menyusut, Arab Saudi diperkirakan melakukan ekspor tambahan demi mengimbangi penyusutan pasokan dari Iran karena sanksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper