Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Emas Memerah, Masih Tertinggi Selama 10 Pekan

Harga emas kembali anjlok setelah saham di Asia menguat.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali anjlok setelah saham di Asia menguat.

Meskipun demikian, logam mulia itu kini masih berada di posisi tertinggi selama lebih dari 10 pekan dan menguatkan optimisme akan kenaikan harga selanjutnya.

Saham Asia rebound pada Jumat (12/10) dan kembali naik untuk pertama kalinya dalam dua pekan sehingga menenangkan sentimen investor, yang selama ini terpukul akibat tingginya volatilitas indeks.

Pada perdagangan Jumat (12/10), harga emas spot turun 3,81 poin atau 0,31% menjadi US$1.220 per tory ounce setelah meluncur 2,5% pada perdagangan hari sebelumnya, mencatatkan kenaikan paling tajam sejak Juni 2016 karena adanya kemunduran ekuitas yang membuat investor mulai beralih ke aset safe haven.

Selain itu, harga emas Comex turut memerah 4,3 poin atau 0,35% menjadi US$1.223,30 per troy ounce.

Analis komoditas di Phillip Futures Benjamin Lu mengatakan bahwa investor mulai mencari tempat untuk melindungi investasinya sehingga memacu pembelian aset lindung nilai.

“Pasar emas sudah mulai pulih sekarang, tapi mulai sedikit melonggar. Kami juga mulai melihat adanya aksi profit taking pada emas,” ujarnya, dilansir dari Reuters, Jumat (12/10).

Lu memprediksikan meskipun harga emas tergelincir, jika harganya masih bisa naik dan menembus US$1.235 per troy ounce, tren pergerakan harganya kemungkinan bisa berubah kembali naik dan memicu banyak short-covering.

“Dengan harganya yang menembus US$1.200 per troy ounce dan berpotensi menembus ke US$1.225 per troy ounce, bakal menjadi sinyal bahwa pasar emas akan kembali melambung. Terutama pada November dan Desember, kami juga memperkirakan akan adanya peningkatan pembelian emas fisik,” kata Peter Fung, Kepala Perdagangan Wing Fung Precious Metals.

Emas sudah mencatatkan pelemahan lebih dari 10% dari puncaknya di kisaran US$1.346 per troy ounce pada April, karena investor banyak yang beralih menggunakan aset seperti dolar AS yang menguat di tengah memanasnya perang dagang AS dan China dan kenaikan suku bunga AS secara berkala.

Namun, harga saat ini sudah cukup menguat dari harga terbawahnya selama 1 ½ tahun di posisi US$1.059 per troy ounce pada pertengahan Agustus lalu, tertekan oleh pembelian aset lindung nilai yang terbatas karena kekhawatiran akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan kenaikan inflasi.

“Penurunan lebih lanjut pada saham akan menambah tekanan bagi spekulan emas,” ungkap Nicholas Frappell, Pengelola keuangan global di ABC Bullion, Australia.

Analis teknikal Reuters Wang Tao memprediksikan haega emas bisa kembali menguat ke posisi US$1.237 per troy ounce, terlihat dari analisis rasio Fibonacci.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper