Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah dan BI Klaim Pelemahan Rupiah Masih Aman

Pemerintah mengklaim pelemahan rupiah yang terjadi dua hari terakhir hingga menembus level Rp15.187 per dolar AS tidak berdampak signifikan terhadap APBN 2018.
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah mengklaim pelemahan rupiah yang terjadi dua hari terakhir hingga menembus level Rp15.187 per dolar AS tidak berdampak signifikan terhadap APBN 2018.
 
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suahasil Nazara menyatakan dampaknya masih dapat dikendalikan dengan baik. 
 
"Setiap rupiah mengalami pelemahan, pendapatan menjadi meningkat dan pengeluaran juga meningkat. Tapi, efek selanjutnya adalah pendapatan meningkat lebih tinggi dari pengeluaran," paparnya di Bank Indonesia (BI), Kamis (4/10/2018).
 
Kendati terkendali, Suahasil menyampaikan dampak pelemahan rupiah tidak hanya terkait dengan APBN 2018. Ekonomi secara keseluruhan juga terdampak, termasuk neraca perdagangan. 
 
Secara teori, melemahnya rupiah akan mendorong ekspor menjadi lebih kompetitif. Namun, kenyataannya impor Indonesia juga semakin melebar. 
 
Saat ini, BKF melihat impor yang mendominasi berasal dari barang modal akibat pembangunan infrastruktur di dalam negeri. Oleh karena itu,  pemerintah terus memonitor dampak pelemahan rupiah. 
 
Menurut Suahasil, pemerintah yakin BI dapat menjaga stabilitas rupiah. 
 
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan pihaknya masih melihat pelemahan rupiah cukup aman. 
 
"Yang penting supply dan demand  jalan dan sektor perbankan juga kuat," ungkapnya.
 
Saat ini, BI melihat rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) bank BUKU I-IV masih bagus, yakni di atas 20%. Bank sentral Indonesia juga terus memantau likuiditas pasar keuangan. 
 
Menurut Mirza, kenaikan suku bunga di pasar deposito belum mencapai 50 basis poin (bps) kendati bank sentral telah menaikkan suku bunga acuan sebesar 150 bps hingga September 2018. BI juga ditegaskan selalu siap membuka keran likuiditas melalui instrumen term repo
 
"Jadi BI pasti akan masuk ke pasar untuk tambah likuiditas jika memang likuditas rupiah mengetat," paparnya. 
 
Publik pun diminta untuk tidak hanya melihat pelemahan rupiah dari sisi nilai kursnya karena pelemahan terhadap dolar AS juga dialami oleh hampir semua mata uang, termasuk negara maju yang suku bunganya lebih rendah dari AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper