Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sulut Butuh Tenaga Kerja Pariwisata yang Kompeten

Ketersediaan tenaga kerja berkompeten di sektor jasa, khususnya yang memiliki kemampuan Bahasa Mandarin, dinilai menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Provinsi Sulawesi Utara dalam merespons tingginya lajunya pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara asal China.
Peserta memperagakan kostum berhias bunga pada Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2017 di Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (8/8)./ANTARA-Adwit B Pramono
Peserta memperagakan kostum berhias bunga pada Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2017 di Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (8/8)./ANTARA-Adwit B Pramono

Bisnis.com, MANADO — Ketersediaan tenaga kerja berkompeten di sektor jasa, khususnya yang memiliki kemampuan Bahasa Mandarin, dinilai menjadi salah satu tantangan yang dihadapi Provinsi Sulawesi Utara dalam merespons tingginya lajunya pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara asal China.

Ekonom Universitas Sam Ratulangi Manado Tri Oldy Rotunsulu menjelaskan saat ini, pariwisata menjadi sektor yang diharapkan menjadi pendorong ekonomi Sulawesi Utara (Sulut). Pasalnya, harga komoditas andalan di sektor pertanian yang selama ini menjadi motor pendorong ekonomi cenderung fluktuatif mengikuti perkembangan pasar.

Meski demikian, dia menilai masih terdapat sejumlah tantangan dalam pengembangan sektor pariwisata, mencakup infrastruktur dan aksesibilitas, hingga Sumber Daya Manusia (SDM).

“Kendala ada di minimnya tenaga kerja terampil pariwisata di bidang pelayanan dan bahasa, terutama Bahasa Mandarin, yang juga memahami product knowledge. Untuk itu, diperlukan penguatan pendidikan atau sekolah tinggi yang berorientasi pada pengembangan pariwisata,” ujarnya di sela-sela BPS Goes To Campus di Manado, Selasa (25/9/2018).

Dia menambahkan tenaga kerja terampil di bidang pariwisata juga perlu memiliki sertifikasi guna menambah daya saing dan juga menjamin kualitasnya. Selain itu, perlu inovasi dalam paket-paket wisata yang ditawarkan dan pembangunan Tourist Information Centre.

“Usaha mikro dan kecil juga harus didorong dan diberikan pelatihan agar bisa menghasilkan produk seperti suvenir yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun desain,” jelas Tri.

Sejauh ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulut dinilai telah berupaya memperkuat infrastruktur wisata, antara lain dengan membangun akses jalan dan membuka penerbangan langsung dari Manado ke China. Bahkan, beberapa waktu lalu Pemprov Sulut juga disebut tengah menjajaki kemungkinan pembukaan rute penerbangan langsung baru dari Manado ke Korea Selatan dan Filipina.

Dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan, pekerjaan rumah bagi para pelaku wisata adalah bagaimana meningkatkan durasi tinggal para wisatawan di Sulut. Pasalnya, sekarang wisatawan mancanegara (wisman) asal China rata-rata hanya tinggal 4-6 hari, berbeda dengan wisatawan asal Eropa yang dapat tinggal lebih dari sebulan.

“Dari segi kuantitas memang jumlahnya meningkat [kunjungan wisman], sekarang tinggal bagaimana memperbaiki kualitas,” ujarnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut Ateng Hartono menjelaskan pertumbuhan kunjungan wisman turut memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut.

“Dari 17 kategori, sektor jasa dan lainnya, termasuk jasa pariwisata tumbuh 14%. Pengaruh yang lainnya juga tingkat penghunian hotel meningkat, sektor jasa, dan hiburan kita juga meningkat,” ungkapnya.

Berdasarkan data BPS Sulut, jumlah wisman yang datang ke Sulut melalui pintu masuk Bandara Sam Ratulangi pada Juli 2018 sebanyak 11.875 orang atau meningkat sebesar 17,49%  dibanding bulan sebelumnya yang sebanyak 10.107 orang. 

Jumlah tersebut juga meningkat 62,56% bila dibandingkan dengan kunjungan wisman pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar 7.305 orang.

Wisman di Sulut didominasi oleh warga China dengan jumlah 10.324 orang (86,94%), diikutid Jerman 200 orang (1,68%), dan Hong Kong 191 orang (1,61%).

Secara kumulatif, jumlah wisman yang berkunjung ke Sulut hingga Juli 2018 mencapai 71.000 orang, lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama setahun sebelumnya yang sekitar 41.478 orang.

Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada Juli 2018 adalah 67,37%, turun 1,42 poin dibanding bulan sebelumnya. Rata-rata lama menginap tamu asing (RLMT) hotel berbintang pada Juli 2018 mencapai 3,18 hari,  lebih rendah 0,55 poin dibandingkan Juni 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Deandra Syarizka
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper