Samsung vs Xiaomi Berebut Pasar, Ponsel Lokal kian Terjepit

Dhiany Nadya Utami
Sabtu, 8 September 2018 | 12:02 WIB
Sepuluh vendor utama pemasok ponsel di indonesia./Bisnis-Husin Parapat
Sepuluh vendor utama pemasok ponsel di indonesia./Bisnis-Husin Parapat
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Pengguna ponsel pintar di Tanah Air kian menggelembung, seiring dengan pengapalan ponsel pintar pada kuartal II/2018 yang mencetak rekor. Adapun, vendor besar mendominasi pasar dengan Xiaomi di pucuk pimpinan, sementara pemain lokal kian terimpit.

Pertarungan Samsung dan Xiaomi di pasar ponsel menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Sabtu (8/9/2018). Berikut laporannya.

Berdasarkan data International Data Corporation (IDC) Quarterly Mobile Phone Tracker, pengiriman smartphone ke Indonesia mencapai 9,4 juta unit pada kuartal kedua tahun ini, dengan pertumbuhan 22% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Di Indonesia, lima vendor ponsel pintar menguasai 85% pangsa pasar, yaitu Samsung sebesar 27%, Xiaomi (25%), OPPO (18%), Vivo (9%), dan Advan (6%).

Adapun, 15% pangsa pasar sisanya diperebutkan oleh berbagai vendor. Angka itu cukup jauh dibandingkan dengan tahun lalu. vendor-vendor yang ada di posisi 6 dan seterusnya masih bisa menikmati sekitar 29% dari total market share.

Menariknya, Xiaomi menjadi kontributor terbesar di jajaran lima vendor teratas. Pasalnya, Xiaomi berhasil menguasai 25% pangsa pasar di Tanah Air, jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada 2017 yang hanya 3%. (Lihat infografis)

Total pengapalan vendor asal China itu melonjak tajam dan menjadikannya vendor kedua terbesar, setelah Samsung, berdasarkan jumlah shipment.

Adapun, Samsung, yang menguasai 32% kue pasar, kini hanya mampu mengambil 27%. Beda tipis dibandingkan dengan market share Xiaomi saat ini.

Sementara itu, pada kuartal ini pesona Oppo dan Vivo juga memudar. Pangsa pasar Oppo pada Q2/2018 turun menjadi 18% dari yang semula 24% (yoy), menjadikan vendor yang juga berasal dari China ini harus rela duduk di posisi ketiga. Sementara itu vendor yang masih satu grup dengan Oppo, Vivo, masih mampu menambah pangsa pasarnya meski tidak besar, yakni naik menjadi 9%, dari 3% pada tahun lalu.

Market Analyst IDC Indonesia Risky Febrian menuturkan peningkatan pengiriman Xiaomi salah satunya karena pada kuartal II/2018 tersebut, mereka telah melakukan ekspansi lini produksinya di pabrik mitra mereka yaitu PT Sat Nusapersada Batam.

Adanya penambahan kapasitas produksi membuat Xiaomi dapat lebih cepat memenuhi permintaan pasar,” katanya saat dihubungi Bisnis, Jumat (7/9/2018).

Selain itu, Xiaomi dianggap berhasil mendisrupsi pola marketing smartphone yang ada selama ini dengan minim melakukan kampanye atau iklan dan lebih mengandalkan kegiatan internet-sentris, seperti melakukan flash sale di kanal mitra dagang-el mereka serta memberikan dukungan penuh terhadap basis komunitas penggemarnya.

Risky menilai dengan kegiatan marketing yang lebih sederhana serta memberikan keuntungan yang lebih sedikit untuk mitra distribusinya, Xiaomi mampu memberikan perangkat dengan rasio price-to-spec yang lebih kompetitif, sehingga memberikan konsumen value-for-money yang lebih baik.

Hal tersebut pada akhirnya berperan untuk menyebarkan branding Xiaomi dari mulut ke mulut dan di media sosial.

Jadi meski tidak memberikan insentif tinggi bagi penjual, toko-toko dengan senang hati memajang produk Xiaomi di etalase mereka karena memang banyak dicari," tuturnya.

Risky mengatakan bukan tidak mungkin dalam 2-3 kuartal mendatang, Xiaomi akan menggeser posisi Samsung sebagai raja ponsel di Indonesia, apalagi pangsa pasar vendor Korea Selatan itu kini terus tergerus.

MAKIN TERGERUS

Pada kuartal mendatang, menurutnya, pemain lain mau tidak mau harus mempertimbangkan strategi pricing-nya untuk dapat berkompetisi secara efektif, sedangkan pemain lokal diperkirakan menerima dampak yang paling besar dari agresifnya strategi Xiaomi. Sekarang pun pangsa pasar pemain lokal sudah semakin tergerus.

Sebagai satu-satunya vendor dalam negeri yang ada di 4 besar, marketshare Advan kian tipis. Per kuartal kedua tahun ini, Advan hanya kebagian 6% market share, turun dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yakni 9%.

Dia menyebut dalam beberapa kuartal ke depan posisi lima besar vendor ponsel pintar sangat mungkin berubah. Apalagi beberapa vendor seperti Huawei, Asus, dan Nokia tengah menggenjot bisnis mereka dan berambisi untuk masuk ke jajaran top 5 vendor.

Ambisi para vendor untuk menguasai pasar Indonesia tak mengherankan mengingat mereka telah berinvestasi besar di Tanah Air, terutama sejak 1 Januari 2017, saat pemerintah menerapkan regulasi Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk seluruh perangkat komunikasi berteknologi 4G LTE yang beredar di Indonesia.

Dari tiga skema TKDN yang ditawarkan pemerintah, yakni investasi peranti lunak (mengusung komposisi aplikasi lokal), investasi perangkat keras (manufaktur lokal), dan investasi dana yg besarannya disesuaikan, hampir seluruh vendor memilih untuk berinvestasi di manufaktur baik menggunakan pabrik sendiri atau bekerja sama dengan perusahaan lokal.

Di sisi lain, kondisi tersebut juga menyulitkan vendor lokal. Sejauh ini para vendor lokal baru mampu bermain di level ultra low-end (>US$100), low-end (US$100-200) dan maksimal midrange (US$200-400), sementara persaingan di sana merupakan yang tergemuk di antara level lainnya.

Sebagai catatan, selain Advan yang masuk ke 5 besar, pemain lokal lain yang masih bertahan adalah Evercoss yang menempati urutan 8 dengan pangsa pasar 2% sementara vendor lainnya berada di luar 10 besar dengan market share kurang dari 1%.

Direktur Marketing Advan Tjandra Lianto mengakui bahwa semakin ke sini persaingan pasar semakin sengit apalagi dengan perang harga yang terjadi.

" ponsel China dijual lebih murah dibandingkan dengan negara lain atau dumping," katanya, Jumat (7/9)

Faktor lain yang jadi persoalan adalah masalah kepercayaan konsumen pada ponsel produksi merek lokal. Menurutnya, jika konsumen mau percaya maka pertumbuhan merek lokal dapat terdongkrak.

"Karena secara produk sebetulnya sama. Semua itu Android base, hanya brand trust-nya saja yang kurang," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper