Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengapa Penggunaan Serat Selulosa Harus Dipacu? Ini Jawabannya

Indonesia berpeluang menekan impor bahan baku tekstil dengan mendorong produsen produk tekstil beralih ke serat selulosa.
Karyawan mengoperasikan mesin bordir di salah satu rumah produksi tekstil yang ada di Jakarta, Senin (23/2)./Bisnis-Nurul Hidayat
Karyawan mengoperasikan mesin bordir di salah satu rumah produksi tekstil yang ada di Jakarta, Senin (23/2)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia berpeluang menekan impor bahan baku tekstil dengan mendorong produsen produk tekstil beralih ke serat selulosa.

Widi Nugroho Sahib, Head of Corporate Affairs PT South Pacific Viscose, menuturkan saat ini untuk memproduksi tekstil berbahan dasar kapas, Indonesia mengimpor seluruh bahan baku tersebut.

Sementara itu, bahan baku serat sintesis atau polyester sudah mampu dipenuhi industri dalam negari hingga 80%, sedangkan sisanya sebesar 20% masih diimpor.

“Sedangkan rayon 15% impor dan lokal 85%,” kata Widi, Selasa (4/9).

Kemampuan sektor hulu tekstil untuk rayon ini akan terus bertambah. Kementerian Perindustrian memperkirakan sejumlah pabrik baru akan masuk dan beroperasi untuk menyediakan bahan baku tersebut.

Hal ini didukung oleh kemampuan industri nasional dalam memproduksi rayon berkualitas tinggi karena tanaman khusus sebagai bahan baku serat rayon dapat dipanen dalam usia relatif lebih singkat di Indonesia dibandingkan dengan negara yang memiliki empat musim.

Sementara itu, komitmen investasi di sektor hulu petrokimia akan membuat Indonesia mandiri dalam pengadaan serat. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto memperkirakan dalam 3 tahun-5 tahun ke depan, pihaknya juga mendorong serat sintetis sebagai bahan baku.

“Ini juga bertujuan mengurangi impor,” katanya.

Kementerian Perindustrian memperkirakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional dapat tumbuh 4%-6% pada tahun ini. Sektor ini terus menunjukan perbaikan karena pada tahun lalu, sektor ini tumbuh sebesar 3,45%, setelah pada 2016 hanya 1,76%.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka Kemenperin Muhdori menyebutkan, produksi tekstil nasional saat ini berorientasi ekspor.

Kemenperin mencatat, sekitar 30% pakaian jadi dari hasil industri tekstil ditujukan memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. “Sisanya sekitar 70% untuk ekspor,” ungkapnya.

Pada tahun ini, Kemenperin mematok ekspor industri TPT sebesar US$13,5 miliar dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 2,95 juta orang.

Sementara itu, pada 2019, ekspor produk TPT diharapkan bisa mencapai US$15 miliar dan menyerap sebanyak 3,11 juta tenaga kerja. “Sektor ini mampu memberikan share ekspor dunia sebesar 1,6%,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper