Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Catatkan 5 Penurunan Bulanan karena Reli Dolar dan Saham AS

Emas mencatatkan penurunan bulanan lima kali berturut, pelemahan terpanjang dalam setengah dekade terakhir karena terpukul oleh penguatan dolar Amerika Serikat dan ekuitas AS yang mencapai rekor tertinggi.
Emas batangan/Reuters
Emas batangan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Emas mencatatkan penurunan bulanan lima kali berturut, pelemahan terpanjang dalam setengah dekade terakhir karena terpukul oleh penguatan dolar Amerika Serikat dan ekuitas AS yang mencapai rekor tertinggi.

Pada penutupan perdagangan Jumat (31/8/2018), emas spot tercatat mengalami kenaikan 3,64 poin atau 0,30% menjadi US$1.203,62 per troy ounce dari sesi sebelumnya. Adapun, harga emas Comex tercatat naik 1,7 poin atau 0,14% menjadi US$1.206,7 per troy ounce.

Meskipun menghijau, harga emas spot untuk pengiriman Desember 2018 mencatatkan penurunan 2,2% selama bulan ini. Indeks dolar AS, yang menjadi pengukur kekuatan greenback, naik 0,42% menjadi 95,10 setelah investor terus menerus menjauhi emas dan beralih ke dolar AS di tengah pernah dagang dengan sejumlah negara.

Hal itu membuat harga emas menjadi semakin mahal bagi pembeli emas yang menggunakan mata uang selain dolar AS.

Harga logam mulia terus terjun karena investor sedang mempertimbangkan prospek pengetatan kebijakan moneter oleh Federal Reserve AS di tengah catatan perekonomian AS yang masih tergolong kuat dan holding global untuk exchange-traded funds (ETF) emas menurun ke level terendah sejak November 2017.

Perkembangan terkini soal perang dagang terus memberikan dorongan bagi dolar AS, dengan Presiden Donald Trump diperkirakan akan kembali menerapkan tarif tambahan pada impor China senilai US$200 miliar paling lambat pekan depan.

“Masalah pada penguatan harga emas adalah ketika inflasi masih terkendali di seluruh dunia dan tidak ada pemicu bagi orang-orang untuk membeli emas, maka penguatan dolar AS masih menjadi faktor kunci pelemahan harga bullion,” ungkap Michael McCarthy, Kepala Strategis Pasar CMC Markets, dilansir dari Bloomberg, Sabtu (1/9/2018).

McCarthy menambahkan, meskipun perang dagang memiliki potensi untuk menghambat pertumbuhan ekonomi global, belum terlihat kemungkinan krisis dan belum memberikan tanda akan menjadi pendorong kenaikan pembelian emas.

Dengan harganya yang stabil di posisi US$1.200-an per troy ounce pada bulan ini, taruhan akan penurunan harga masih menjulang, ditunjukkan dengan para money manager yang mendorong posisi jangka pendeknya ke rekor tertinggi selama lima pekan berturut.

Sejumlah analis Citigroup Global Markets mengatakan tidak ada yang membutuhkan emas ketika yield dan ekuitas di seluruh dunia naik.

Kepala Federal Reserve Jerome Powell mengatakan akan tetap menaikkan suku bunga pada September, denhan tingkat inflasi yang masih rendah, dirinya yakin perekonomian AS masih aman. Bank sentral AS berencana menaikkan suku bunganya hingga empat lagi sebelum berhenti.

“Untuk jangka pendek, kami melihat dolar AS masih akan menguat,”ungkap Wayne Gordon, Direktur Eksekutif UBS.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper