Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Jagung Dinilai Kurang Tepat

Kebijakan ekspor jagung ke Filipina oleh pemerintah dinilai kurang tepat.nnPengamat pertanian IPB Dwi Andreas mengatakan bahwa sebenarnya tidak tepat satu klaim seolah jagung sudah surplus, lalu diekspor.
Pekerja memindahkan jagung ke atas kapal untuk diekspor, di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (23/3/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja memindahkan jagung ke atas kapal untuk diekspor, di Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (23/3/2018)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan ekspor jagung ke Filipina oleh pemerintah dinilai kurang tepat.

Pengamat pertanian IPB Dwi Andreas mengatakan bahwa sebenarnya tidak tepat satu klaim seolah jagung sudah surplus, lalu diekspor.

Dwi menjelaskan, ekspor tersebut bahkan sudah terjadi belasan tahun lalu dan biasa dilakukan ketika harga pasar jagung domestik sudah terjun ke bawah US$200 per ton.

"Rata-rata setiap tahun Indonesia mengekspor jagung di kisaran angka 50.000 ton. Tapi, pilihan ekspor saat ini bukanlah hal yang tepat," ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total produksi jagung di Indonesia per 2015 berada di angka 19,61 juta ton. Sebanyak 54,12% atau sekitar 10,61 juta ton diproduksi di Pulau Jawa. Sisanya tersebar di berbagai pulau lain.

Hampir 40% sentra produksi jagung berada di luar Pulau Jawa. Sementara itu, mayoritas konsumen jagung yang merupakan perusahaan pakan ternak berada di Pulau Jawa.

Persoalan lemahnya distribusi justru menciptakan efek domino pada tidak meratanya harga jagung yang kemudian berimbas pada kenaikan harga pakan ternak, kenaikan harga telur dan ayam ras akhir-akhir ini.

"Karena pabrik pakan ternak itu sekitar 69 persen ada di Pulau Jawa. Sehingga jagung-jagung yang luar Jawa, ini agak kesulitan juga terserap di industri pakan ternak yang ada di Jawa," ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor ini.

Dwi melanjutkan, distribusi semakin menjadi persoalan karena pola pengembangan jagung yang dilakukan Kementerian Pertanian diarahkan di luar Pulau Jawa.

Sebenarnya ini dapat dimaklumi, mengingat lahan di Pulau Jawa memang sudah sangat terbatas dan cenderung digunakan untuk penanaman padi.

Sebagai gambaran, terdapat 10 sentra jagung di Indonesia, dengan hanya tiga di antaranya berada di Pulau Jawa. Kesepuluh sentra jagung tersebut, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Sumatra Utara, NTB, Gorontalo, NTT, dan Sumatra Barat.

Sekjen Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Soya melihat, ekspor lazim dilakukan mengingat tidak seluruhnya jagung nasional terserap pasar domestik pada saat musim panen raya tiba.

Di sisi lain, jagung tidak bisa disimpan lama-lama karena belum ada infrastruktur penyimpanan dan pengeringan yang memadai.

Pada akhirnya, jumlah yang melimpah hingga 60%-70% pada musim panen Oktober-Maret dipilih untuk diekspor, seperti ke Filipina. Ekspor pada masa itu pun menguntungkan karena harga yang ditawarkan lewat ekspor jauh lebih menjanjikan.

Di samping itu, biaya untuk mendistribusikan jagung-jagung tersebut ke luar negeri nyatanya lebih murah dibandingkan dengan menyalurkannya ke pabrik pakan di Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper