Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konflik AS-Turki Belum Usai, Dolar AS Makin Perkasa

Dolar AS kembali menyentuh puncaknya selama 13 bulan di hadapan sekeranjang mata uang utama karena permintaan pada mata uang Amerika Serikat itu melonjak karena ketakutan pasar pada kemerosotan mata uang Turki lira yang mendorong dolar AS semakin menguat. 
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Dolar AS kembali menyentuh puncaknya selama 13 bulan di hadapan sekeranjang mata uang utama karena permintaan pada mata uang Amerika Serikat itu melonjak karena ketakutan pasar pada kemerosotan mata uang Turki lira yang mendorong dolar AS semakin menguat. 

Penguatan greenback dalam semalam, hingga menyentuh puncaknya selama 13 bulan juga terdorong oleh pelemahan mata uang Eropa euro, yang merlorot karena sejumlah bank di Uni Eropa takut terkena imbas dari kekacauan di Turki.

“Setelah melihat kekacauan di Turki dan penularannya krisisnya ke emerging market, dolar AS memiliki kekuatan sendiri karena bisa dimanfaatkan sebagai aset safe haven,” ujar Bart Wakabayashi, Manajer State Street Bank canag Tokyo, dikutip dari Reuters, Rabu (15/8/2018).

Dolar merupakan aset berimbal hasil tinggi sebagai mata uang safe haven, maka akan memberikan pengaruh yang signifikan pada alur perdagangan global. “Jika anda ingin menaruh uang anda dalam suatu aset dan ingin menghindari kekacauan global, dolar AS bisa menjadi pilihan yang tepat,” lanjut Bart.

Pada Rabu (15/8), indeks dolar tercatat berada pada posisi 96,77, naik 0,04% atau 0,1 poin dari posisinya saat dibuka. Indeks dolar AS sempat menyentuh titik 96,86 pada sesi yang sama, titik tersebut merupakan yang tertinggi sejak mencapai puncak pada 27 Juni 2017 di posisi 97,45.

“Dengan melihat kondisi saat ini, minat kepada mata uang lain selain dolar AS terus menipis,” ungkap Kumiko Ishikawa, Analis Sony Financial Holdings.

Pada perdagangan Rabu (15/8) pukul 15.30 WIB, lira kembali menguat ke posisi 6,12 lira per dolar AS, naik 0,22 poin atau 3,63% dari penutupan sesi perdagangan sebelumnya. Selama tahun berjalan, lira melemah 38,01%.

Lira telah kehilangan 2/5 nilainya di hadapan greenback pada tahun ini, tertekan oleh kekhawatiran akan panggilan Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk menurunkan suku bunganya dan membuat hubungan negaranya dengan AS semakin memanas.

Erdogan mengatakan pada Selasa (14/8) bahwa Pemerintah Ankara akan memboikot produk eletronik dari AS, memberikan balasan kepada pihak Washington.

Lira juga terdorong oleh kemunculan pernyataan dari Menteri Keuangan Turki Berat Albayrak, yang mengatakan dalam konferensi bahwa mata uangnya akan menguat.

Rupiah, yang dari awal pekan mengalami pelemahan hingga menembus Rp14.600 per dolar AS, kembali menguat setelah Bank Indonesia memutuskan untuk kembali menaikkan suku bunga hingga 25 basis poin, sesuai dnegan ekspektasi analis dan ekonom.

Pada penutupan perdagangan Rabu (15/8), rupiah tercatat kembali menguat tips 8 poin atau 0.04% menjadi Rp14.577 per doalr AS dan tercatat melemah 7,01% selama tahun berjalan di hadapan dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper