Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Keuangan Pertamina Semester I/2018 Masih Positif

Kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) secara konsolidasi bergerak positif ditopang dengan pertumbuhan rerata produksi migas sebesar 31,96% serta penambahan subsidi solar.
Nicke Widyawati./JIBI-Abdullah Azzam
Nicke Widyawati./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) secara konsolidasi bergerak positif ditopang dengan pertumbuhan rerata produksi migas sebesar 31,96% serta penambahan subsidi solar.

Pelaksana Tugas Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengatakan kinerja keuangan perseroan semester I/2018 ditopang sektor hulu dan hilir.

“Sektor hulu bagus, [untuk hilir] kan ketolong subsidi solar,” katanya di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/8/2018).

Kenaikan produksi minyak ditopang oleh kinerja PT Pertamina EP Cepu (PEPC), sementara kenaikan produksi gasditopang oleh kontribusi Blok Mahakam. Pertamina mengelola Blok Mahakam mulai 1 Januari 2018 setelah pemerintah tidak memperpanjang kontrak PT Total E&P Indonesie dan Inpex Corporation.

Sementara itu, Pertamina EP Cepu memiliki saham partisipasi 45% di Blok Cepu, sedangkan ExxonMobil sebesar 45% sekaligus sebagai operator, dan pemerintah daerah 10%.

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), realisasi produksi siap jual (lifting) minyak dari Blok Cepu pada semester I/2018 tercatat paling tinggi. Dengan capaian 209.922 bph atau sekitar 102,4% dari target 205.000 bph, capaian lifting Blok Cepu menyalip Blok Rokan yang hanya 207.148 bph.

Sementara itu, produksi minyak PT Pertamina Eksplorasi dan Produksi (Pertamina EP) pada semester I/2018 turun. Namun, pendapatan dan laba bersih anak usaha Pertamina itu naik pada periode tersebut karena didorong oleh penguatan harga minyak.

Selain dukungan produksi migas, kinerja keuangan Pertamina juga tampak didukung dari peningkatan harga minyak mentah sepanjang semester ganjil 2018. Rerata harga minyak mentah pada Januari—Juni 2018 sebesar US$66,28 per barel naik 36,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu US$48,48 per barel.

Memasuki paruh kedua 2018, hasil perhitungan Formula ICP, rata-rata ICP minyak mentah Indonesia Juli 2018 mencapai US$70,68 per barel, naik sebesar US$0,32 per barel dari US$ 70,36 per barel pada Juni. Untuk ICP SLC Juli 2018 juga mengalami kenaikan yaitu naik sebesar US$1,32 per barel dari US$70,73b per barel menjadi US$72,05 per barel.

Realisasi produksi minyak Pertamina EP pada semester I/2018 hanya 76.000 barel per hari (bph) turun atau 96,36% dibandingkan dengan realiasi 2017 sebanyak 78.000 bph. Realisasi produksi tersebut juga masih di bawah target tahun ini 83.000 bph.

Di sisi hilir, Nicke mengakui bahwa penambahan subsidi solar sebesar empat kali lipat membuat posisi keuangan perseoran terhindar dari kerugian. “Kan subsidi naik 4 kali lipat, aman jadinya,” katanya.

Tahun ini, berdasarkan patokan APBN 2018 subsidi solar diberikan sebanyak 15,62 juta kilo liter dengan besaran subsidi solar tahun ini senilai Rp2.000 per liter atau meningkat Rp1.500 dari patokan awal APBN 2018.

Terpisah, Direktur Keuangan PT Pertamina Arief Budiman mengatakan memang peningkatan berperan membantu kondisi keuangan.

“Masih tahap finalisasi, namun semester I/2018 secara konsolidasi positif,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper