Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nozel SPBU Pertamina Akan Pakai Sistem Digital

Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dan PT Pertamina (Persero) menjalankan kebijakan digitalisasi pada setiap dispenser (nozzle) yang ada di 5.518 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengendalikan bahan bakar minyak bersubsidi.
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi dan PT Pertamina (Persero) menjalankan kebijakan digitalisasi pada setiap dispenser (nozzle) yang ada di 5.518 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) untuk mengendalikan bahan bakar minyak bersubsidi.

Selain bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi (Solar), digitalisasi dispenser di setiap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) itu untuk mengawasi dan mengendalikan BBM khusus penugasan (Premium) agar lebih tepat sasaran.

Digitalisasi dispenser di SPBU Pertamina akan memudahkan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) dalam mengawasi dan melakukan pendataan semua volume BBM subsidi dan penugasan yang didistribusikan melalui SPBU.

Jeffrey Tjahja Indra, SVP Corporate ICT Pertamina, mengatakan bahwa pihaknya ikut menggandeng PT Telkom Indonesia Tbk. sebagai penanggung jawab digitalisasi pekerjaan ini. Menurutnya, Pertamina tidak punya kapasitas untuk mengaplikasikan program ini sendiri.

Best effort akhir 2018 mencapai 5.518 SPBU di seluruh Indonesia. Untuk investasinya berapa, beberapa hari ini kami akan rumuskan berapa nilainya,” katanya, Senin (13/8).

Walaupun sudah siap melakukan digitalisasi dalam pendataan volume BBM, Pertamina menganggap proses peralihan tidak bisa seketika. Selain itu, terkait dengan teknologi yang dianggap tidak murah sehingga memerlukan waktu dan sumber daya dalam pengembangan proyek ini.

Pertamina menganggap proses digitalisasi pada prinsipnya merupakan konversi dari jumlah liter yang disalurkan menjadi format elektronik. Nantinya data elektronik ini dikirim ke satu pusat data. “Lalu di situ dibuat report dan yang membantu BPH Migas untuk melakukan pengawasan dan ini untuk pengendalian.”

Penggunaan sistem digital pada dispenser BBM akan membantu dalam pengawasan data secara langsung saat itu juga (real time) sehingga bermuara pada kemudahan dalam mengambil keputusan bisnis.

Untuk BBM nonsubsidi dan nonpenugasan, Pertamina mengarahkan sistem pendataan ini untuk mengembangkan program kesetiaan konsumen terhadap produk perseroan, misalnya profil pengguna Pertamax.

Sejauh ini, pemakaian sistem digital itu sudah diterapkan di 10 SPBU COCO milik PT Pertamina Retail di Jabodetabek, Jawa Barat, dan Jawa Timur. 

Direktur Enterprise and Business Telkom Dian Rachmawan mengaku bahwa program ini merupakan pekerjaan menantang dan berupaya untuk segera menyelesaikan sistem digital dispenser BBM tersebut. Telkom akan memasang semua sensor di tangki penyimpanan, pengisian, dan sampai di dispenser BBM.

“Untuk kematangan jaringan kami cukup percaya diri karena sensor ini bisa dijalankan meski dengan jaringan yang 3G. Kalau jaringan [telekomunikasi] tidak ada masalah,” katanya.

Namun, kepastian menyelesaikan pemasangan jaringan belum dapat ditentukan mengingat tantangan geografis, yaitu lokasi SPBU yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Saryono Hadiwidjojo, Anggota komite BPH Migas, mengatakan bahwa dari digitalisasi nozzle, pihaknya akan mendapatkan laporan rutin sehingga akan membantu dalam melakukan uji petik dari angka yang disampaikan badan usaha. Menurutnya, digitalisasi nozzle akan sangat membantu BPH Migas atau  badan usaha niaga gas untuk memverifikasi data BBB.

“Untuk investasi dalam 3 hari ke depan akan dirumuskan, pun dengan bisnis modelnya. Nanti kami rumuskan bersama Pertamina. Kontrak juga akan disusun lagi,” katanya.

Kepala BPH Migas M. Fanshurullah Asa optimistis bahwa target yang telah ditetapkan itu akan tercapai dengan adanya transformasi kepemimpinan dan budaya kerja di Pertamina.

BPH Migas berkomitmen dan siap untuk membantu percepatan kalibrasi flow meter (alat ukur BBM) dan tangki timbun dengan melakukan koordinasi dengan Direktorat Metrologi Kementerian Perdagangan.

“Ini sinergi BUMN untuk investasi. Kami ingin agar tidak gagal seperti RFID [radio frequency identification/alat dengan teknologi khusus] karena BBM subsidi saja [Solar] 15 juta kiloliter tepat sasaran atau tidak,” katanya. (David E. Issetiabudi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper