Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Makin Bersaing, Produksi Kopi Arabika Indonesia Dipacu

Kopi arabika akan semakin dipacu produksinya untuk serapan dalam negeri, seiring dengan kian kompetitifnya harga komoditas perkebunan tersebut dibandingkan dengan jenis robusta.
Petani memetik biji kopi arabika di perkebunan kopi kawasan Kampung Batu Lonceng, Desa Suntenjaya Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Bisnis.com
Petani memetik biji kopi arabika di perkebunan kopi kawasan Kampung Batu Lonceng, Desa Suntenjaya Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kopi arabika akan semakin dipacu produksinya untuk serapan dalam negeri, seiring dengan kian kompetitifnya harga komoditas perkebunan tersebut dibandingkan dengan jenis robusta.

Direktur Penggunaan dan Pemasaran Produk Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Luther Palimbong mengatakan, permintaan dalam negeri untuk kopi domestik sangat kuat sehingga mendongkrak harga jual kopi arabika.

Dia mencontohkan, kopi arabika Toraja yang sudah digoreng bisa laku seharga Rp800.000/kg di dalam negeri dan yang belum digoreng Rp400.000/kg. “Harga itu masih harga untuk dalam negeri, sedangkan jika diekspor bisa lebih tinggi lagi,” tuturnya, Rabu (8/8/2018).

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, pada 2017 harga pasar internasional untuk biji kopi arabika mencapai US$1,38 per pon, sedangkan robusta hanya US$0,98 per pon. Pada 2025, harga biji kopi arabika diproyeksi menembus US$1,48 per pon, sedangkan robusta US$1,02 per pon.

Menko Perekonomian Darmin Nasution menyebut, kopi arabika memiliki kualitas lebih baik dan sangat dinikmati oleh pecinta kopi di dunia, sehingga harganya pun relatif lebih mahal. “Produksinya harus didorong, karena kita juga menginginkan produk yang berkualitas.”

Sayangnya, kata Darmin, produktivitas perkebunan kopi arabika di Indonesia masih rendah karena dominasi peran petani kecil dalam pembudidayaan komoditas tersebut.

Menurutnya, tipikal petani kecil di Indonesia adalah mendahulukan pencukupan untuk hidup keluarganya saja. Padahal, untuk memproduksi kopi yang bernilai tambah dan berharga jual tinggi, dibutuhkan pembudidayaan yang lebih teliti.

Dia menjabarkan, areal perkebunan kopi arabika di Tanah Air mencapai 0,34 juta hektare atau hanya 27% dari total lahan kopi seluas 1,25 juta hektare. Sementara itu, dari areal kopi arabika tersebut, petani tradisional mengelola lebih dari 96%.

Melihat realitas tersebut, Darmin berharap perusahaan swasta dapat membantu mendorong produksi kopi arabika, sehingga kopi Indonesia dapat menjawab permintaan dunia. “Kalau ada peran swasta, [industri perkebunan kopi] lebih terurus, ada yang mengelola, tapi memang nanti peran pemerintah juga akan dominan,” katanya.

Lebih lanjut, dia menilai untuk dapat menghasilkan kopi arabika berkualitas baik, lahan perkebunan seharusnya dapat diremajakan setidaknya 4% dari luas areal yang ada.

Akibat keterlambatan peremajaan saat ini, sebutnya, luas areal perkebunan kopi yang sudah harus diremajakan mencapai 11,3%, atau 37.012 hektare. 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper