Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Kaji Reaktivasi SBI Tenor 9 Bulan dan 12 Bulan

Bank Indonesia (BI) akan mereaktivasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan dan 12 bulan guna memperkuat daya saing pasar keuangan nasional.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Juli 2018 di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/7)./Bisnis-Hadijah Alaydrus
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo (ketiga kanan) menyampaikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 18-19 Juli 2018 di Gedung BI, Jakarta, Kamis (19/7)./Bisnis-Hadijah Alaydrus

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) akan mereaktivasi Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tenor 9 bulan dan 12 bulan guna memperkuat daya saing pasar keuangan nasional.

Padahal, bank sentral sebelumnya telah memutuskan untuk menghapus SBI secara bertahap sampai dengan 2024 dan menggantikannya dengan Surat Berharga Negara (SBN) sebagai instrumen moneter BI.

Selama ini, SBI menjadi beban biaya operasi moneter BI. Pasalnya, SBI pernah menekan anggaran bank sentral hingga defisit.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan langkah ini ditempuh untuk membuat pasar keuangan dalam negeri menarik, selain melalui instrumen suku bunga acuan.

"Kami perluas instrumen yang ada, sedang dikaji. Kami reaktivasi penerbitan kembali SBI, sedang dikaji," tuturnya, Kamis (19/7/2018).

Perry optimistis reaktivasi ini dapat mengundang masuknya dana asing ke portofolio dalam negeri.

BI belum menjelaskan lebih detail tentang hal ini. Namun, rencana ini disebut sudah masuk ke dalam pipeline kebijakan BI.

Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menerangkan kondisi ketidakpastian global, normalisasi neraca bank sentral AS, kenaikan suku bunga AS, depresiasi yuan, dan perkembangan lainnya berdampak kepada aliran modal ke emerging market.

"Ini menyebabkan capital reversal, makanya kurs dari negara-negara berkembang terdepresiasi termasuk Indonesia. Maka dari itu penting untuk mengundang kembali aliran modal tersebut," ujarnya.

Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), upaya untuk mengundang investor sudah dijalankan oleh pemerintah, salah satunya dengan insentif. Terkait dengan investasi portofolio, BI akan berupaya untuk membuat pasar keuangan di dalam negeri tetap atraktif.

Jika reaktivasi SBI dilakukan, BI akan menghentikan sementara Sertifikat Deposito Bank Indonesia (SDBI) tenor 9 bulan dan 12 bulan.

"SDBI 9 bulan dan 12 bulan digantikan menjadi SBI," sebut Mirza.

SDBI dan SBI dibedakan berdasarkan kepemilikannya. Di dalam SBI, dana asing bisa masuk sedangkan SDBI hanya hanya memperbolehkan dana dari dalam negeri.

Selain SBI, BI mengaku sedang menyiapkan banyak "jamu manis" untuk menyeimbangkan "jamu pahit" atau pengetatan kebijakan moneter.

Salah satu "jamu manis" tersebut adalah perbaikan suku bunga acuan overnight di pasar uang. Bunga acuan ini nantinya akan dinamakan Indonia dan didasarkan pada transaksi, bukan kuotasi.

"Ini kami ikuti best practice dari negara lain," jelas Perry.

BI juga akan berupaya membuat biaya hedging atau lindung nilai menjadi lebih murah, termasuk implementasi call spread option, swap valas, serta swap lindung nilai.

"Instrumen ini sudah ada dan biayanya murah. Seperti yang kami sampaikan biaya swap valas 1 bulan itu 6,2%, kalau 3 bulan itu 7,2%. Kami akan mengkaji kembali upaya-upaya apakah biaya swap ini bisa lebih murah lagi," lanjutnya.

Jika lebih murah, BI yakin instrumen tersebut bisa lebih menarik bagi pasar keuangan Indonesia. Lebih lanjut, bank sentral juga tengah mengkaji instrumen-instrumen lain yang bisa memperluas investasi portofolio di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper