Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Neraca Dagang Juni 2018 Surplus US$1,74 Miliar

Nilai ini diperoleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$13 miliar atau lebih tinggi dibandingkan nilai neraca impor yang sekitar US$11,26 miliar.
Aktivitas bongkar muat di terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu petang (6/12)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Aktivitas bongkar muat di terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu petang (6/12)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 surplus US$1,74 miliar.

Nilai ini diperoleh dari posisi neraca ekspor yang tercatat sebesar US$13 miliar atau lebih tinggi dibandingkan nilai neraca impor  yang sekitar US$11,26 miliar. Kepala BPS Suhariyanto menyatakan surplus pada Juni 2018 didorong oleh surplus neraca nonmigas pada bulan ini.

"Surplus ini cukup lumayan, tapi kami harapkan meningkat," ujarnya dalam konferensi pers, Senin (16/7/2018).

Sementara itu, berdasarkan tahun kalender sepanjang Januari-Juni 2018, neraca perdagangan mengalami defisit sebesar US$2,83 miliar.

Nilai ekspor pada Juni sebesar US$13 miliar ini turun 19,8% dari Mei 2018, tetapi naik 11,47% jika dibandingkan Juni 2017.

"Penurunan ekspor adalah hal yang biasa di Lebaran karena ada libur panjang," ungkap Suhariyanto.

Dari pola ekspor tahun ke tahun, dia memperkirakan kegiatan ekspor akan kembali meningkat pada bulan depan.

Berdasarkan sektornya, komoditas pertanian mengalami penurunan ekspor sebesar 35,2% secara month-to-month (mtm) menjadi US$200 juta. Komoditas yang mengalami penurunan antara lain kopi, sarang burung, aromatik, dan buah-buahan.

Industri pengolahan juga turun 27,28% secara mtm menjadi US$8,55 miliar dibandingkan bulan sebelumnya. Jenis barang yang mengalami penurunan di antaranya pakaian jadi, tekstil, suku cadang, serta produk timah.

Sementara itu, sektor tambang meningkat 1,08% secara mtm menjadi US$2,53 miliar. Hal ini didorong oleh naiknya ekspor komoditas batubara, lignite, dan aspal.

Komoditas yang sama tercatat membuat ekspor tahunan dari tambang meningkat tajam hingga 58,53% secara year-on-year (yoy).

Ekspor selama enam bulan pertama 2018 tercatat meningkat 10,03% menjadi US$88,02 miliar jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar US$80 miliar.

"Ada catatan share ekspor nonmigas terbesar masih didominasi oleh bahan bakar mineral dan minyak dan lemak nabati," papar Suhariyanto.

Impor mengalami penurunan tajam sebesar 36,27% menjadi US$11,26 miliar dari bulan sebelumnya.

"Penurunan impor ini hal yang biasa pada libur panjang," lanjutnya. 

Secara sektoral, BPS mencatat seluruh barang impor mengalami penurunan. Barang konsumsi turun 41,85% secara bulanan menjadi US$1,01 miliar, dipicu oleh turunnya impor beras, gula, bawang putih, vaksin dan obat-obatan.

Bahan baku mengalami penurunan 35,21% secara mtm menjadi US$8,51 miliar seiring penurunan impor suku cadang untuk ponsel, bungkil kedelai, gula mentah, dan kapas mentah.

Sementara itu, impor barang modal turun 37,81% secara bulanan menjadi US$1,74 miliar. Jenis barang yang mengalami penurunan impor antara lain tisu, laptop dan mesin, serta peralatan telekomunikasi.

Pada Januari-Juni 2018, BPS mencatat adanya kenaikan impor sebesar 23,1% secara year-to-date (ytd) menjadi US$89,04 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$72,33 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper