Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom : Perjanjian Perdagangan Internasional Belum Efektif Katrol Ekspor

Ekonom berpendapat perjanjian dagang yang telah berjalan sejauh ini masih belum efektif untuk menopang neraca perdagangan. Hal tersebut lebih disebabkan masih banyaknya permasalahan non-tarif yang justru tidak terselesaikan pada proses negosiasi, sehingga membuat banyak produk tidak mampu menembus pasar negara mitra pasca kesepakatan
KM Gunung tengah melakukan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal buatan galangan Meyer Werft, Jerman ini bisa mengangkut 98 TEUs kontainer di samping mengangkut penumpang. JIBI/ Rivki Maulana
KM Gunung tengah melakukan bongkar muat kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal buatan galangan Meyer Werft, Jerman ini bisa mengangkut 98 TEUs kontainer di samping mengangkut penumpang. JIBI/ Rivki Maulana

Bisnis.com, JAKARTA -- Ekonom berpendapat perjanjian dagang yang telah berjalan sejauh ini masih belum efektif untuk menopang neraca perdagangan. Hal tersebut lebih disebabkan masih banyaknya permasalahan non-tarif yang justru tidak terselesaikan pada proses negosiasi, sehingga membuat banyak produk tidak mampu menembus pasar negara mitra pasca kesepakatan.

Berdasarkan data Menteri Perdagangan, Indonesia telah memiliki perjanjian dengan Chile (Indonesia-Chile CEPA), Palentina (MOU Indonesia-Palestine), Hongkong (ASEAN-Hong Kong FTA), Asean (Asean Comprehensive Investment Agreement), Jepang (Asean-Japan Investment, Service &MNP Agreement).

"Belum terlalu efektif, rata-rata utilisasi dari pemanfaatan kerja sama dagang tersebut baru sekitar 30%," kata ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Fithra Faisal.

Menurut Fithra, masih banyaknya permasalahan non-tarif, yang justru tidak terselesaikan pada tahap negosiasi membuat Indonesia tidak dapat menembus pasar negara mitra.

Permasalahan non tarif yang dimaksudnya, adalah tingginya standar produk yang ditetapkan secara sengaja maupun tidak, sehingga membuat banyak produk yang disepakati pada pada kerja sama dagang tetap tidak dapat tembus.

Selain itu, ada juga standar seperti produk yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan, yang mana juga terkadang ditetapkan negara mitra justru untuk melindungi produk dalam negerinya.

Bahkan, Fihtra mengatakan, ada juga permasalah dalam citarasa dari produk Indonesia, yakni negra mitra menolak produk makanan dan minuman (Mamin) hanya karena rasa tidak sesuai dengan lidah masyarakatnya.

"Permasalahan non tarif memang abstrak, tapi memang, untuk permasalahan untuk utilisasi perdagangan lebih luas, hal tersebut juga harus dibicarakan pada saat proses negosiasi," katanya.

Meski demikian, kata Fithra, permasalahan tersebut mungkin dapat terselesaikan dalam jangka pendek dengan negosiasi. Hanya saja dia berharap pelaku industri dapat terus meningkatakan kualitas produk dan selalu menerapkan best practice dalam prosesn produksinya. Sehingga negara mitra pun tidak memiliki akan pernah mempunyai alasan untuk melarang produk dari Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper