Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Lonjakan Impor Produk Tekstil Hulu yang Resahkan Pengusaha Dalam Negeri

Produsen benang dan serat meminta pemerintah mengendalikan lonjakan impor produk hulu tekstil di Indonesia. Dalam empat bulan pertama tahun ini, impor produk hulu mencapai 20,6%.
Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Kementerian Perindustrian Muhdori (tengah) bersama Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat (kedua kanan) mengamati mesin tekstil, seusai membuka pameran Indo Intertex 2018, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka Kementerian Perindustrian Muhdori (tengah) bersama Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat (kedua kanan) mengamati mesin tekstil, seusai membuka pameran Indo Intertex 2018, di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Endang Muchtar


Bisnis.com, JAKARTA -- Produsen benang dan serat meminta pemerintah mengendalikan lonjakan impor produk hulu tekstil di Indonesia. Dalam empat bulan pertama tahun ini, impor produk hulu mencapai 20,6%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta menuturkan manufaktur nasional membutuhkan pengendalian impor untuk keberlanjutan bisnis.

"Produsen hulu tekstil meragukan kemampuan pemerintah untuk langkah ini [pengendalian impor]," kata Redma, Kamis (12/7/2019).

Berdasarkan data yang dihimpun APSyFI, impor melonjak pada semua jenis produk hulu tekstil dalam empat bulan pertama tahun ini dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, impor serat melonjak 23,2% dari US$662,6 juta menjadi US$816,5.

Selain itu, impor juga naik untuk produk benang dari US$202 juta menjadi US$251,7 atau 24,6%, kain US$1,24 miliar menjadi US$1,55 miliar atau melonjak 24,4%, pakaian jadi dari US$149,5 juta menjadi US$280 juta atau naik 87,3%. Satu-satunyabkategori tekstil hulu yang turun adalah jenis impor lainnya. Tercatat impor produk ini turun dari US$484,3 juta menjadi US$413,1 juta.

"Semua kementerian akan mengatakan impor perlu dikendalikan tapi hanya lips service. Pada kenyataannya impor tetap sulit dikendalikan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Maftuh Ihsan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper