Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur: Ini Hasil Managers Index Indonesia

Sektor manufaktur Indonesia mulai kehilangan momentum pertumbuhan.
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (13/2). /Bisnis.com-NH
Aktivitas karyawan di pabrik karoseri truk di kawasan industri Bukit Indah City, Purwakarta, Jawa Barat, Kamis (13/2). /Bisnis.com-NH

Bisnis.com, JAKARTA -- Sektor manufaktur Indonesia mulai kehilangan momentum  pertumbuhan.

Riset Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia dari Nikkei yang dikutip, Selasa (3/7/2018) mencatat berdasarkan survei di Juni 2018 keyakinan para pimpinan perusahaan manufaktur untuk melakukan peningkatatan produksi berada pada level 50,3. Turun tajam dibandingkan dengan keyakinan bulan sebelumnya sebesar 51,7.

Aashna Dodhia, Ekonom IHS Markit menyebutkan Data PMI menunjukkan  perbaikan kondisi operasional pada Juni merupakan yang paling lemah sejak awal tahun. Ini menandai hilangnya momentum pertumbuhan yang terjadi sejak Mei.

"Hal ini menggambarkan ekspansi lebih lambat pada output dan permintaan baru," kata Aashna.

Dia mengatakan kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk melindungi nilai tukar rupiah yang terus menurun turut menekan konsumsi. Saat yang sama para responden menyatakan terjadi peningkatan biaya produksi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

"[Kondisi ini menjadi] sangat menantang bagi pembuat kebijakan untuk memastikan stabilitas finansial tanpa mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi selama beberapa bulan mendatang," katanya.

Para responden penelitian ini menyebutkan, jika biaya mengalami kenaikan,  perusahaan akan menaikan harga jual produk-produk yang dihasilkan. Kendala transportasi juga menjadi penekan industri. Akibatnya waktu pengiriman produk pada pembeli menjadi lebih panjang dari seharusnya.

"Kepercayaan diri berbisnis menurun ke posisi terendah sejak Oktober 2012 dan merupakan salah satu yang paling lemah sejak survei dimulai pada April tahun yang sama," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper