Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Disposal Beras Bulog Dinilai Tidak Jelas

Strategi Perum Badan Urusan Logistik/Bulog (Persero) untuk membuang cadangan beras pemerintah (CBP) yang durasi simpannya telah melebihi empat bulan dinilai masih belum jelas.
Pekerja membersihkan gudang beras Bulog Divre Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6/2016)./JIBI-Paulus Tandi Bone
Pekerja membersihkan gudang beras Bulog Divre Sulselbar di Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (13/6/2016)./JIBI-Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Strategi Perum Badan Urusan Logistik/Bulog (Persero) untuk membuang cadangan beras pemerintah (CBP) yang durasi simpannya telah melebihi empat bulan dinilai masih belum jelas. 

Kebijakan itu dilakukan guna mengganti cadangan beras yang sudah tidak layak dan digantikan dengan stok baru dari serapan produksi lokal pada periode panen kedua saat ini.

Dwi Andreas Santosa Guru Besar Fakultas Pertanian Institute Pertanian Bogor berpendapat strategi tersbeut seharusnya diiringi dengan serapan baru dari petani.

Menurutnya, kebijakan tersebut harus terlebih dulu menjelaskan skema disposal yang bakal dijalankan Bulog.

Dia menerangkan, skema disposal paling tidak hanya  akan mengganti beras dari gudang Bulog.

Namun, skema tersebut tidak akan mampu diterapkan untuk beras yang sudah didistribusikan ke pasar karena banyaknya jumlah pasar beras yang ada di Indonesia.

“Lalu bagaimana dengan beras impor yang masuk di Fabruari 2018? Apakah sudah didisposal? Ini kan yang kita tidak tahu,” kata Dwi kepada Bisnis, Rabu (27/6/2018).

Selain itu, lanjutnya, pemerintah harus menjelaskan beras yang dikeluarkan dari gudang Bulog nantinya bakal dijadikan sebagai barang apa.

Pasalnya, kata Dwi, membuang beras dalam jumlah besar tidak dapat dilakukan secara serta merta.

Bulog sendiri mengaku sudah mendisposal setidaknya 200.000 ton beras yang berusia lebih dari empat bulan di seluruh gudang yang ada. Langkah itu turut mengurangi pasokan beras Bulog dari 1,6 juta ton menjadi 1,4 juta ton.

Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan langkah tersebut dilakukan untuk menjaga agar kualitas beras cadangan pemerintah menjadi lebih baik.

Namun, dia mengaku beras disposal belum ditentukan diolah menjadi produk apa.

“Bukan berarti [beras yang berusia lebih dari empat bulan itu] harus dibuang juga. Kan nanti akan dilihat dimanfaatkan sebagai apa. Bisa dibikin pakan ternak. Tidak untuk dibuang,” katanya.

Menurutnya, kebijakan itu sudah disetujui oleh sejumlah kementerian terkait seperti Kementerian Keuangan, Kementerian Perdagangan, dan Kementerin Pertanian.

Di samping itu, Bulog meyakini akan mencapai target serapan 1 juta ton untuk panen gadu kali ini. Menurut Buwas, otoritas tersebut sudah berkoordinasi dengan petani untuk memberikan gabahnya kepada Bulog.

Untuk 2018, Bulog ditargetkan menyerap 2,7 juta ton beras lokal. Namun, sepanjang semester I, realisasi serapan baru mencapai 0,9 juta ton atau hanya 33,3% dari target.

Dengan demikian, Bulog harus menyerap setidaknya 1,9 juta ton beras lagi hingga akhir tahun untuk mencapai target tersebut

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper