Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mari Elka Beberkan Sumbangan Sektor Pariwisata terhadap Neraca Perdagangan

Sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi pendongkrak ekspor Indonesia sehingga dapat membantu memperbaiki neraca perdagangan
Kunjungan turis asing ke Indonesia./.setkab.go.id
Kunjungan turis asing ke Indonesia./.setkab.go.id

Bisnis.com, JAKARTA- Sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi pendongkrak ekspor Indonesia sehingga dapat membantu memperbaiki neraca perdagangan.

Mari Elka Pangestu, Ekonom CSIS, mengungkapkan sektor pariwisata merupakan ekspor jasa terdepan yang dapat mendongkrak neraca perdagangan.

"Kalau kita perhatikan dalam neraca perdagangan jasa kita, satu-satunya yang positif itu sektor pariwisata," ujarnya kepada Bisnis.

Pada kuartal I/2018 surplus neraca perjalanan tercatat sebesar US$1,7 miliar meningkat tajam dari kuartal  sebelumnya yang hanya US$1 miliar.

Kenaikan surplus ini dipengaruhi penerimaan jasa perjalanan yang naik 13,4% qtq, dan penurunan pembayaran jasa perjalanan sebesar 11,6% qtq.

Penerimaan jasa perjalanan dari wisatawan mancanegara (wisman) pada triwulan I/2018 meningkat 12,9% dari sebelumnya US$3,1 miliar menjadi US$3,5 miliar. Meningkatnya kunjungan wisman ini disertai peningkatan pengeluaran wisman.

Jumlah pengunjung wisatawan mancanegara juga meningkat 2,4% qtq menjadi 2,95 juta kunjungan setelah periode sebelumnya di angka 2,88 juta kunjungan.

Wisatawan terbanyak berasal dari negara China, Singapura, dan Malaysia. Sedangkan tujuan terbesarnya menuju Bali, Jakarta, dan Batam.

Surplus ini berbanding terbalik dengan neraca perdagangan jasa yang secara umum mengalami defisit sebesar USD1,4 miliar lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai USD2,4 miliar.

Dia menilai, kondisi surplus menunjukkan sektor jasa pariwisata Indonesia itu kompetitif, sehingga sektor tersebut dapat menjadi pendongkrak neraca perdagangan.

"Ekspor jasa pariwisata sangat bisa membantu Indonesia dalam arti daya saing, menyumbang ke devisa, plus pariwisata itu dampaknya multiplier effect, sehingga prospeknya bisa lebih luas," jelasnya.

Mantan menteri pariwisata ini menyampaikan dampak dari pariwisata itu menyebar daa berdampak langsung ke perekonomian lokal.

Sayangnya menurutnya pariwisata Indonesia masih memiliki dua masalah besar, yakni konektivitas dan pelayanan.

Konektivitas berkaitan dengan akses menuju tempat wisata yang belum begitu baik dan permasalahan ini kembali pada pengembangan infrastruktur.

Sedangkan, pelayanan Indonesia lemah terutama dalam menjaga kebersihan. Menurutnya, pada travel and tourism competitive index, persoalan pelayanan terutama mengenai kebersihan menjadi fokus kelemahan pariwisata Indonesia.

Meski begitu, Mari i tetap optimis terhadap pariwisata Indonesia. "Kita perlu melakukan langkah-langkah sistematis untuk memajukan pariwisata Indonesia, apalagi pemerintah sudah mencanangkan pembentukan 10 Bali baru," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper