Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Tutup di Batam, Kemenperin Dorong Perusahaan Koordinasi Cari Solusi

Kementerian Perindustrian mendorong perusahaan yang kesulitan untuk berkoodirnasi dengan otoritas dan mencari solusi bersama.
Pekerja mengoperasikan alat berat dan truk untuk meratakan dan memindahkan tanah pada proyek pembangunan Bendungan Sei Gong di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (2/3/2018)./JIBI-Zufrizal
Pekerja mengoperasikan alat berat dan truk untuk meratakan dan memindahkan tanah pada proyek pembangunan Bendungan Sei Gong di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (2/3/2018)./JIBI-Zufrizal

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian mendorong perusahaan yang kesulitan untuk berkoodirnasi dengan otoritas dan mencari solusi bersama.

Sekretaris Kementerian Perindustrian Haris Munandar menuturkan pihaknya sebagai pembina industri fokus untuk optimalisasi produksi. 

Haris menjawab pertanyaan mengenai PT Hantong Precision Manufacturing, perusahaan manufaktur yang bergerak dalam metal stamping di Batam, yang meninggalkan pabrik tanpa memperjelas status aset dan nasib karyawan.

Perusahaan tidak membayarkan gaji dan tunjangan hari raya yang seharusnya dibayarkan paling lambat H-7 sesuai aturan pemerintah. Uang perusahaan yang ada di bank juga sudah dikeluarkan semua oleh pemilik. 

"Soal di Batam, ini tentunya perlu juga dicermati.  Karena bila perusahaan untung maka tidak mungkin akan kabur. Yang bisa dinilai oleh Kemenperin hanya terkait utilisasi produksi dan kalau rendah bisa ditanyakan masalahnya dan dicarikan solusinya," kata Haris, Senin (11/6/2018). 

Meski terdapat sejumlah manufaktur yang tutup seperti di Batam, Haris meyakini prospek pertumbuhan industri secara keseluruhan tetap positif. Bahkan untuk semester II/2018 mendatang pihaknya optimis dapat tumbuh lebih baik. 

Sementara itu untuk mendukung industri yang lebih kokoh, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengajukan usulan anggaran kementerian dinaikan hingga Rp5,7 triliun kepada DPR RI. Jumlah ini melonjak 108% dibandingkan dengan pagu indikatif yang telah ditetapkan oleh Kementerian Keuangan sebesar Rp2,73 triliun.

Airlangga menyebutkan dana sebesar itu guna mewujudkan program prioritas yang ditetapkan yakni optimalisasi lima industri prioritas dalam Making Indonesia 4.0, peningkatan kompetensi SDM industri melalui pendidikan vokasi, dan kegiatan Santripreneur serta penumbuhan wirausaha industri baru. 

Lima sektor manufaktur prioritas itu adalah industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik, serta kimia. Dia mengatakan lima sektor industri ini mampu memberikan kontribusi sebesar 60% terhadap produk domestik bruto, menyumbang 65% terhadap total ekspor, dan 60% tenaga kerja industri.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper