Bisnis,com, JAKARTA -- PT PLN (Persero) merealisasikan investasi senilai Rp18,7 triliun sepanjang kuartal pertama tahun ini.
Direktur Perecanaan Korporat Syofvi Felienty Roekman mengatakan realisasi triwulan pertama tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
“Dibanding tahun lalu lebih tinggi. Tahun lalu Rp10,117 triliun,” ujar Syofvi ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Dia berujar peningkatan terjadi karena kebutuhan investasi PLN tahun ini memang cukup tinggi. Tahun ini perseroan menargetkan investasi dapat mencapai Rp123 triliun.
Dari besaran investasi tersebut mayoritas dialokasikan untuk pembangunan transmisi. Rinciannya sebesar 40% akan dialokasikan untuk pembangunan jaringan transmisi. Kemudian 30% untuk pembangunan pembangkit listrik dan 30% untuk jaringan distribusi.
Untuk investasi pembangkit akan dialokasikan untuk pembangkit berkapasitas kecil yang dibangun untuk daerah-daerah terpencil.
“Buat yang lisdes-lisdes [listrik desa]. Pembangkit diesel kapasitas kecil kelas 100 KW,” kata Syofvi.
Tahun ini perseroan menargetkan rasio desa berlistrik dapat mencapai 100%. Sebelumnya, Syofvi berujar target tersebut lebih cepat setahun dari target yang dicanangkan oleh pemerintah. Hal ini sejalan dengan perencanaan PLN yang fokus untuk melistriki desa di daerah-daerah remote area.
Pihaknya memiliki komitmen mewujudkan program kelistrikan 35.000 megawatt (MW), namun demikian PLN harus realistis menyesuaikan pembangunan proyek tersebut dengan kebutuhan konsumsi listrik yang menurun. Dalam 3 tahun terakhir konsumsi listrik hanya tumbuh rata-rata 4%.
Terlebih saat ini supplay listrik di sistem-sistem besar PLN telah melebihi demand yang ada. Syofvi menyebutkan saat ini reserve margin seperti di Jawa telah mencapai 30%, artinya tidak ada lagi defisit.
Sedangkan di sisi lain, masih banyak daerah terisolasi belum mendapatkan listrik. Hal ini yang kemudian membuat PLN fokus mengejar target melistriki daerah terpencil terlebih dahulu.
"Sekarang kami buat elastisitas antara pertumbuhan listrik dan pertumbuhan ekonomi tidak seagresif dulu. Makanya sekarang fokus kami adalah bagaimana kami menjangkau desa remote area," katanya.
Adapun sampai akhir 2017 rasio desa berlistrik secara nasional mencapai 97,1%. Masih terdapat sekitar 3660 desa yang belum terlistriki.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel