Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani: Gejolak Global Tekan Perekonomian, Asumsi Pertumbuhan Dipertahankan

Kita melihat bahwa kondisi perekonomian global memberikan tekanan yang cukup besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi 2018, dan ini akan mempengaruhi prospek tahun 2019, tapi kami perkirakan tetap pada lower end, [atau 5,4% pada 2019], kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (31/5/2018)./ANTARA-Hafidz Mubarak A
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) bersiap mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (31/5/2018)./ANTARA-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, JAKARTA -- Meski tetap mempertahankan asumsi pertumbuhan ekonomi 2018 dan 2019, pemerintah menyadari gejolak ekonomi global cukup signifikan.

Seperti diketahui, akhir-akhir ini Kementerian Keuangan memberikan pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi akan tumbuh setidaknya 5,17%, atau lebih rendah dari target yakni 5,4%. Sementara itu, untuk tahun 2019, pemerintah memperkirakan target pertumbuhan ekonomi pada rentang 5,4% hingga 5,8%.

"Kita melihat bahwa kondisi perekonomian global memberikan tekanan yang cukup besar terhadap prospek pertumbuhan ekonomi 2018, dan ini akan mempengaruhi prospek tahun 2019, tapi kami perkirakan tetap pada lower end, [atau 5,4% pada 2019]," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR, di Jakarta, (4/6/2018).

Menkeu menjelaskan gejolak ekonomi global bukan lagi hal yang menjadi perkiraan, tetapi eskalasi tersebut telah tejadi.

Hal tersebut, ditandai dengan kebijakan Amerika yang semakin proteksionis akhir-akhir ini, yang mana mereka melakukan pengenaan tarif bea masuk pada beberapa komoditas penting.

"Dengan demikian, ini bukan lagi ancaman tetapi telah menjadi realitas, bahkan Amerika sendiri tidak mau menggunakan WTO, sehingga ini akan menimbukan proses yang panjang dan tidak efisien," jelas Sri Mulyani.

Selain itu, ada juga risiko global lain seperti rebalancing ekonomi China, pasar keuangan akan mengalami pengetatan dengan adanya normalisasi moneter Amerika, dan kemungkinan terjadinya tensi geopolitik pada Laut China Selatan, Korea Utara, dan negara-negara Timur Tengah.

Terkait indokator pertumbuhan ekonomi, Menkeu memaparkan, konsumsi rumah tangga pada tahun depan akan tetap terjaga di kisaran 5,1% hingga 5,2%.

Hal tersebut disebabkan oleh inflasi yang tetap rendah, dan penciptaan lapangan kerja yang berlanjut. Sehingga hal tersebut memberi kepastian kepada masyarakat untuk mempertahankan konsumsinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper