Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Barang Impor Tekan Laju Permintaan Tekstil

Permintaan tekstil di level produsen mulai menurun pada Mei 2018. Hal ini karena barang impor yang masuk pada Maret mulai mengalir ke pasar pada AprilMei.
Ilustrasi kegiatan di pabrik tekstil./Reuters
Ilustrasi kegiatan di pabrik tekstil./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan tekstil di level produsen mulai menurun pada Mei 2018. Hal ini karena barang impor yang masuk pada Maret mulai mengalir ke pasar pada April—Mei.

Redma Gita Wirawasta, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), mengatakan permintaan di pasar ritel memang masih baik pada Mei 2018. Namun, untuk permintaan di level produsen sudah melemah.

"Barang impor masuk dari Maret di pusat logistik berikat (PLB) dan baru keluar ke pasar pada April—Mei. Jadi, sekarang pasar penuh barang impor," ujarnya Senin (4/6/2018).

Impor tekstil, terutama dari China, mulai membanjiri pasar domestik menjelang Lebaran. Redma menilai hal ini disebabkan importir sangat difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan melalui Permendag 64/2017.

Menurutnya, dengan aturan tersebut, pemerintah kurang mendukung industri dan lebih memihak kepada pedagang. Padahal, lanjut Redma, produsen kain tenun dan rajut lokal sudah siap untuk memasok kebutuhan bahan baku untuk IKM. 

Kalangan industri mengingatkan pemerintah untuk kembali berpihak pada sektor industri nasional yang menjadi penopang utama perekonomian. Redma menuturkan pasca kebijakan penertiban impor borongan, kinerja industri TPT pada semester II/2017 naik sehingga mencapai pertumbuhan sebesar 2,5% dari tahun sebelumnya yang masih negatif.

Adapun, sepanjang kuartal I/2018, kinerja industri serat dan benang filamen masih tumbuh 8% secara tahunan yang didorong pertumbuhan permintaan domestik. Pada periode Januari—Maret masih ada faktor pengetatan impor borongan dan impor lainnya, sehingga konsumen dalam negeri masih mencari produk lokal.

Sebelumnya, pabrikan meminta pemerintah untuk menyediakan klaster tekstil guna mendongkrak daya saing produk.

Asosiasi telah mengusulkan hal tersebut kepada pemerintah melalui Kementerian Perindustrian sejak akhir tahun lalu. Menurutnya, pelaku industri menginginkan industri hulu hingga hilir terintegrasi dalam satu kawasan. 

Selain itu, industri tekstil dalam negeri juga terkendala masalah logistik karena industri hulu dan hilir berada di wilayah yang tersebar. Produsen serat dan benang terpusat di Banten dan Jawa Barat, sedangkan produsen pakaian jadi terpusat di Jawa Tengah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper