Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah menyentuh level terlemah baru sejak Oktober 2015 pada akhir perdagangan Rabu (23/5/2018).
Rupiah ditutup melemah 0,47% atau 67 poin di Rp14.209 per dolar AS.
Padahal mata uang garuda berhasil rebound dan ditutup menguat 48 poin atau 0,34% di Rp14.142 pada perdagangan Selasa (22/5/2018).
Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau menguat 0,24% atau 0,226 poin ke level 93,835 pada pukul 17.27 WIB.
Dilansir dari Bloomberg, mayoritas mata uang Asia melemah di tengah ketidakpastian seputar rencana pertemuan antara pemimpin Amerika Selatan (AS) dan Korea Utara.
“Ketidakpastian seputar pertemuan AS dan Korut menekan daya tarik aset berisiko,” ujar Ken Cheung, senior Asian FX strategist di Mizuho Bank. “Saat dolar AS tetap kuat, mayoritas mata uang Asia tertekan.”
Bagaimana pergerakan rupiah pada hari ini? Simak lajunya secara live.
Nilai tukar rupiah berakhir menguat 76 poin atau 0,53% di Rp14.133 per dolar AS seiring pergerakan IHSG pada penutupan perdagangan hari ini, Kamis (24/5/2018).
Nilai tukar rupiah menguat 60 poin atau 0,42% ke Rp14.149 per dolar AS seiring pergerakan IHSG menjelang penutupan perdagangan hari ini, Kamis (24/5/2018).
Nilai tukar rupiah terpantau masih belum beranjak dari posisi Rp14.165 per dolar AS saat IHSG menguat 2,38% ke level 5.929,94 pada awal sesi II perdagangan hari ini, Kamis (24/5/2018).
NIlai tukar rupiah di pasar spot menguat 44 poin atau 0,31% ke level Rp14.165 per dolar AS.
Rupiah menguat 56 poin atau 0,39% ke Rp14.153 per dolar AS
Kurs rupiah menguat 17 poin atau 0,12% ke Rp14.192 per dolar AS
Pengucapan sumpah jabatan Perry Warjiyo sebagai Gubernur Bank Indonesia (BI) periode 2018-2023 akan dilakukan di hadapan Ketua Mahkamah Agung RI hari ini, Kamis (24/5/2018) pukul 10.00 WIB.
Sumpah jabatan akan langsung dipimpin oleh Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali di Ruang Prof. Dr. Kusuma Atmadja Tower MA RI, Medan Merdeka Utara, Jakarta.
Gubernur BI 2013-2018 Agus D.W. Martowardojo, Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara, serta jajaran Deputi Gubernur, dan seluruh pejabat BI akan menyaksikan acara pengambilan sumpah jabatan tersebut.
Selain itu, acara ini juga turut mengundang para mantan gubernur BI seperti Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution dan Boediono.
Setelah pengambilan sumpah, serah terima jabatan akan dilakukan dari Mirza Adityaswara kepada Perry Warjiyo. Hal ini dilakukan mengingat masa jabatan Agus D.W. Martowardojo sebagai Gubernur BI telah selesai pada 23 Mei 2018.
Hingga menunggu pengucapan sumpah, kursi jabatan Gubernur BI diserahkan terlebih dahulu kepada Deputi Gubernur Senior Mirza Adityaswara.
Kepala Departemen Komunikasi BI Agusman mengungkapkan penyerahan kursi jabatan Gubernur BI ini harus segera dilakukan mengingat masa jabatan Gubernur BI Agus D.W. Martowardojo selesai pada 23 Mei 2018. Dia menegaskan peralihan kepemimpinan tersebut merupakan prosedur standar di dalam bank sentral.
Rupiah menguat 1 poin ke Rp14.208 per dolar AS.
Sementara itu pada Pk. 09.17 WIB, indeks dolar AS melemah 0,006% ke 93,942
Nilai tukar rupiah hari ini, Senin (21/5/2018) bergerak di zona hijau hari ini pasca rilis notulensi rapat TheFed.
NIlai tukar rupiah di pasar spot menguat 3 poin atau 0,02% ke level Rp14.206 per dolar AS pada pukul 8.30 WIB, setelah dibuka terapresiasi 17 poin atau 0,12% di posisi Rp14.192 per dolar AS.
Adapun pada perdagangan kemarin, Rabu (23/5), rupiah ditutup merosot 67 poin atau 0,47% ke level Rp14.209 per dolar AS.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengatakan rupiah diperkirakan bergerak menguat terhadap dolar AS pasca rilisnya notulensi rapat FOMC pada 1-2 Mei 2018 lalu.
Dalam notulensi tersebut, The Fed menyatakan akan membiarkan inflasi berada di atas 2% untuk menjaga perbaikan ekonomi AS yang terus berlangsung, serta mencakup keinginan beberapa pembuat kebijakan untuk merevisi pernyataan kebijakan moneter The Fed dengan segera.
“Rupiah kemungkinan menguat kembali ke level Rp14.100/USD-Rp 14200/USD,” ungkapnya seperti dikutip dari risetnya yang diterima hari ini, Kamis (24/5/2018).
Sementara itu, indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama dunia terpantau melemah 0,06% atau 0,06 poin ke level 93,943 pada pukul 8.38 WIB.
Sebelumnya, indeks dolar AS dibuka turun 0,13% atau 0,125 poin di posisi 93,878, setelah pada perdagangan Rabu (23/5/2018) ditutup menguat 0,42% atau 0,394 poin ke level 94,003.
NIlai tukar rupiah di pasar spot berbalik melemah 3 poin atau 0,02% ke level Rp14.212 per dolar AS.
NIlai tukar rupiah di pasar spot menguat 12 poin atau 0,08% ke level Rp14.197 per dolar AS setelah dibuka naik 17 poin atau 0,12% di posisi 14.192.
Indeks dolar Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (24/5/2018) pagi mulai meninggalkan level tertinggi tahun ini yang ditembus kemarin.
Pada perdagangan hari ini, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam tersebut atas sejumlah mata uang utama lainnya. dibuka melemah 0,13% ke level 93,878.
Pada Pk. 07.10, indeks dolar AS jadi melemah 0,09% ke 93,915.
Seperti dikutip dari Reuters, Kamis (24/5/2018), indeks dolar mengurangi kenaikannya setelah rilis catatan pertemuan bank sentral AS pada 1-2 Mei.
Sentimen risalah Federal Reserve tersebut mampu mengimbangi kekhawatiran pasar atas masa depan kesepakatan perdagangan AS dan China.
Presiden AS Donald Trump menilai dari hasil diskusi perdagangan dengan China yang digelar pekan lalu, tampaknya masih sulit untuk mendapatkan kesepakatan antara dua negara tersebut.
Pernyataan itu muncul sehari setelah Trump mengatakan dia tidak senang dengan pembicaraan perdagangan antara AS dan China, sehingga membalikkan reli setelah ada komentar optimis dari pejabat Gedung Putih tentang diskusi selama akhir pekan yang menyebabkan penguatan pasar pada Senin.
Namun, setelah Fed merilis risalah rapat yang menunjukkan suku bunga tidak akan dinaikkan pada waktu yang lebih cepat dari perkiraan, pasar pun meresponsnya.
"Pasar saham tampaknya telah bereaksi positif (dari hasil catatan Fed). Catatan pertemuan(Fed) menjadi sedikit lebih hawkish," kata Michael Arone, kepala strategi investasi State Street Global Advisors seperti dikutip Reuters, Kamis (24/5/2018).
Pergerakan Indeks Dolar AS
24 Mei (buka) 93,878
23 Mei 94,003
22 Mei 93,609
Sumber: Bloomberg
Indeks dolar AS pada perdagangan Rabu atau Kamis pagi ditutup menguat ke level tertinggi tahun ini, yaitu naik 0,42% ke 94,003.
Mayoritas pembuat kebijakan The Fed berpikir bahwa kemungkinan penaikan suku bunga lebih lanjut diperlukan dalam waktu dekat jika prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) tetap utuh.
Risalah rapat The Fed pada 1-2 Mei 2018 yang dirilis Rabu (23/5/2018) waktu setempat juga mencakup keinginan beberapa pembuat kebijakan untuk merevisi pernyataan kebijakan moneter The Fed dengan segera. Ini dilakukan untuk mencerminkan bahwa suku bunga akan mendekati atau di atas perkiraan jangka panjang.
Seperti diketahui, dalam pertemuan tersebut para pembuat kebijakan memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga acuan dalam kisaran target 1,5%-1,75%.
“Sebagian besar peserta menilai bahwa jika informasi yang masuk secara luas mengonfirmasi prospek ekonomi mereka saat ini, kemungkinan akan tepat untuk segera mengambil langkah lain dalam menghapus akomodasi kebijakan,” tulis The Fed dalam risalahnya, seperti dilansir Reuters.
The Fed telah menaikkan biaya pinjaman satu kali sepanjang tahun ini, yakni pada Maret. Pembuat kebijakan saat ini secara seimbang terbagi antara ekspektasi 2-3 kenaikan suku bunga lebih lanjut tahun ini.
Sementara itu, investor telah mengantisipasi kenaikan suku bunga dalam pertemuan kebijakan The Fed berikutnya pada 12-13 Juni 2018.
“Risalah itu tentu saja menyiratkan fakta bahwa kita akan melihat kenaikan suku bunga lagi pada Juni,” kata Craig Bishop, fixed income strategist di RBC Wealth Management.
“Jika Anda mencari sinyal apakah ada perubahan terkait proyeksi total tiga kali kenaikan suku bunga untuk 2018, kita harus menunggu sampai pertemuan bulan depan,” lanjutnya.
The Fed telah didorong oleh kekuatan yang berkelanjutan dalam ekonomi, dengan paket pemotongan pajak oleh pemerintahan Trump serta pengeluaran pemerintah yang semakin mendorong pertumbuhan ekonomi tahun ini.
Tingkat pengangguran AS mencapai 3,9%, level terendah dalam 17,5 tahun, sedangkan tingkat inflasi saat ini efektif pada target 2% yang ditetapkan The Fed.
Sejumlah pembuat kebijakan The Fed, termasuk Gubernur Jerome Powell, sangat ingin menekankan bahwa mereka akan menoleransi inflasi yang meningkat di atas target The Fed untuk sementara waktu tanpa kekhawatiran yang tidak perlu.
Hal ini tercermin dalam pernyataan kebijakan awal bulan ini, dengan referensi eksplisit yang dibuat untuk target 2% menjadi simetris.
Menurut risalah itu, para pembuat kebijakan sekali lagi memperdebatkan jalur inflasi. Beberapa mencatat bahwa data upah baru-baru ini memberikan sedikit bukti kondisi yang terlalu panas dalam pasar tenaga kerja.
Di sisi lain, beberapa melihat risiko bahwa kendala pasokan akan meningkatkan upah ke atas dan tekanan harga, atau bahwa ketidakseimbangan keuangan bisa muncul.
Tensi Perdagangan
Salah satu sumber keprihatinan The Fed adalah ketidakpastian seputar kebijakan perdagangan proteksionis AS dan potensi dampak negatifnya terhadap perekonomian. Dalam beberapa pidato, para pembuat kebijakan telah berulang kali mengatakan bahwa mereka memantau situasi ini.
Dalam risalah itu, sejumlah pembuat kebijakan mengatakan kebijakan perdagangan AS mengangkat berbagai risiko untuk aktivitas ekonomi dan inflasi. Beberapa bahkan mengatakan segala ketidakpastian bisa merugikan pengeluaran bisnis.
Para pembuat kebijakan juga membahas kemungkinan perubahan terhadap pernyataan kebijakan di masa depan untuk mencerminkan bahwa tingkat suku bunga semakin dekat terhadap posisi netral, dengan perkiraan antara 2,3% dan 3,5%.
Selama bertahun-tahun, The Fed telah menggambarkan kebijakannya bersifat akomodatif. Beberapa pembuat kebijakan pada pertemuan terakhir mengatakan mungkin akan tepat untuk segera merevisi bahasa panduan dalam pernyataan tersebut.