Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Saran Pengusaha Kosmetik untuk Membedakan Kosmetik Ilegal

Putri K. Wardhani, Ketua Umum Perhimpunan Perusahaaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPA Kosmetika), mengatakan para pelanggan setia biasanya sudah dapat membedakan suatu produk asli atau palsu dari bau dan reaksi produk ketika digunakan.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Keberadaan produk kosmetik ilegal ataupun palsu meresahkan masyarakat. Apalagi, menjelang perayaan Idulfitri biasanya terjadi kenaikan permintaan produk kosmetik. 

Putri K. Wardhani, Ketua Umum Perhimpunan Perusahaaan dan Asosiasi Kosmetika Indonesia (PPA Kosmetika), mengatakan para pelanggan setia biasanya sudah dapat membedakan suatu produk asli atau palsu dari bau dan reaksi produk ketika digunakan.

"[Bagi pelanggan setia dapat merasakan] apakah berbeda dari biasanya yang asli atau tidak," ujarnya, Minggu (20/5/1018).

Namun, para pelanggan baru disarankan untuk mengutamakan membeli pada jaringan toko resmi.

"Bagi toko-toko yang berpikir bisnis jangka panjang mereka membeli produk-produk asli dari agen-agen terpercaya, sedangkan toko-toko yang hanya berpikir jangka pendek serta untung semata tentu tidak akan peduli dengan keaslian produk. Yang penting jangka pendek stoknya laku dengan marginnya besar. Tentu pelanggan mayoritas tidak akan kembali lagi," papar Putri.

Di sisi lain, Putri yang juga Presiden Direktur PT Mustika Ratu Tbk. (MRAT) mengharapkan momen Lebaran tahun ini kembali meningkatkan permintaan akan produk kosmetik.

"Biasanya menjelang Lebaran ada tren kenaikan. Kita lihat apakah tahun ini juga demikian," ungkapnya.

Devy Yheanne, Country Leader of Communications & Public Affairs PT Johnson & Johnson Indonesia juga menuturkan saat ini industri kosmetik masih terus tumbuh secara positif di Indonesia.

"Kenaikan pertumbuhan ini didorong permintaan pasar seiring tren masyarakat yang mulai memperhatikan produk perawatan tubuh sebagai kebutuhan utama," terangnya.

Pertumbuhan pasar domestik sebagian disebabkan meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda atau generasi milenial.

"Momen Ramadan dan Lebaran secara tidak langsung juga mendorong naiknya permintaan, jadi tidak hanya di sektor makanan dan minuman saja," lanjut Devy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Annisa Margrit

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper