Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wajib pajak berjalan menuju bilik tax amnesty di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Rabu (29/3)./Antara-Akbar Nugroho Gumay
Wajib pajak berjalan menuju bilik tax amnesty di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Rabu (29/3)./Antara-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan mulai melambat, seiring dengan mulai berpindahnya dana-dana repatriasi program pengampunan pajak dari sistem perbankan ke instrumen investasi lain.

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merilis data pertumbuhan DPK bank sebesar 7,66% secara tahunan pada Maret 2018. Angka tersebut di bawah pertumbuhan kredit yang pada periode sama tumbuh 8,54% secara tahunan. Kondisi ini pertama kali terjadi sejak 15 bulan sebelumnya.

Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan LPS Doddy Ariefianto mengatakan, pertumbuhan DPK yang berada di bawah kredit tersebut karena pudarnya efek tax amnesty. Sebagaimana diketahui, dana repatriasi wajib disimpan di dalam negeri selama 3 tahun dalam bentuk deposito atau instrumen investasi lain.

"Saya kira disebabkan pudarnya dampak tax amnesty ya. Dua tahun terakhir DPK tumbuh di atas kredit karena aliran dana masuk dari repatriasi terkait tax amnesty," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/5/2018).

Dana tersebut, kata Doddy, berpindah dari deposito yang imbal hasilnya menurun ke instrumen lain yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi, seperti obligasi ataupun investasi berupa aset fisik seperti properti.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper