Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IPM Sumut: Kualitas Hidup Membaik, Pendidikan Butuh Perhatian

Indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi Sumatra Utara pada 2017 tercatat mencapai 70,57%, meningkat 0,57 poin atau 0,81% dibandingkan tahun sebelumnya.
Ilustrasi: Dua orang petani meninjau perkebunan sawit milik mereka yang sudah berumur tua untuk mengikuti program 'replanting' di Desa Kota Tengah, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatra Utara, Senin (27/11)./ANTARA-Septianda Perdana
Ilustrasi: Dua orang petani meninjau perkebunan sawit milik mereka yang sudah berumur tua untuk mengikuti program 'replanting' di Desa Kota Tengah, Dolok Masihul, Serdang Bedagai, Sumatra Utara, Senin (27/11)./ANTARA-Septianda Perdana

Bisnis.com, MEDAN— Indeks pembangunan manusia (IPM) provinsi Sumatra Utara pada 2017 tercatat mencapai 70,57%, meningkat 0,57 poin atau 0,81% dibandingkan tahun sebelumnya.

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik BPS Sumut Ateng Hartono menyebutkan IPM menjadi penting karena bisa menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan pemerintah suatu daerah atau negara.

“Kenapa IPM itu penting, karena menjadi ukuran keberhasilan. Biasanya ini akan mengevaluasi kebijakan pemerintahj daerah, DPR, dan lain sebagainya,” kata Ateng, Senin (7/5/2018).

Selain keberhasilan pemerintah, IPM juga menjadi acuan dalam penentuan alokasi dana bantuan atau insentif daerah dan sejumlah keputusan penting lainnya.

Menilik grafik yang disajikan BPS, angka IPM Sumut terus menorehkan perbaikan sejak 2011 dan terjadi kenaikan sebesar 0,25 poin. Sementara itu, sejak 2010-2017, rata-rata peningkatan IPM Sumut tercatat mencapai 0,73%.

“Jadi, 2017 kita sudah di atas rata-rata ini pertumbuhannya,” kata Ateng.

IPM terdiri dari tiga dimensi dasar yakni umur panjang dan hidup sehat yang diukur dengan umur harapan hidup (UHH), pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah, juga standar hidup layak.

Berdasarkan data BPS, bayi yang lahir pada 2017 memiliki angka harapan hidup hingga 68,37 tahun atau sedikit lebih tinggi, sekitar 0,04 tahun dibandingkan bayi yang lahir pada 2016.

Adapun rata-rata lama sekolah penduduk pada usia 7 tahun ke atas mencapai 9,25 tahun yang artinya, rata-rata penduduk Sumut yang berusia 25 tahun ke atas hanya mengecap bangku pendidikan formal selama 9,25 tahun.

“Dengan demikian, rata-rata penduduk Sumut berusia 25 tahun ke atas hanya bersekolah hingga tingkat SMP, atau menyelesaikan bangku SMP,” tambahnya.

Sementara itu, harapan lama sekolah penduduk Sumut pada 2017 menunjukkan perbaikan yakni sebesar 1,48% per tahun menjadi 13,10 tahun. Peningkatan ini menunjukkan sinyal positif bahwa semakin banyak penduduk yang bersekolah tetapi sekaligus menjadi tantangan.

Dengan angka 13,10 tahun, berarti anak-anak yang berusia 7 tahun pada 2017 berpeluang untuk mengecap pendidikan formal selama 13,10 tahun atau hingga menamatkan pendidikan D1.

Di sisi lain, pengeluaran per kapita masyarakat Sumut baru mencapai Rp10,04 juta per tahun dengan kata lain setiap masyarakat Sumut mengeluarkan uang sebesar Rp27,506 setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan.

Nias menjadi daerah dengan pengeluaran per kapita terendah di Sumut yakni sebesar Rp4,93 juta pertahun atau Rp13.506 per orang per hari untuk Kabupaten Nias, Rp4,95juta per kapita per tahun atau Rp13.561 per orang per hari untuk Nias Selatan, dan Rp5,77juta per tahun atau Rp13.808 per orang per hari untuk Nias Barat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper