Perangi Berita Hoax, AMSI Rangkul Humas Lembaga Pemerintah

M. Richard
Sabtu, 5 Mei 2018 | 19:37 WIB
Perwakilan 22 media dalam pengumuman cekfakta.com dalam acara Trusted Media Summit 2018 di Jakarta, Sabtu (5/5)./Bisnis-Demis Rizky Gosta
Perwakilan 22 media dalam pengumuman cekfakta.com dalam acara Trusted Media Summit 2018 di Jakarta, Sabtu (5/5)./Bisnis-Demis Rizky Gosta
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) berharap dapat menjalin kerjasama dengan biro hubungan masyarakat (Humas) seluruh kementerian lembaga dalam menanggulangi berita hoaks.

Sebagai informasi, Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI), Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), Internews dan Google News Initiative berkolaborasi dalam menyelenggarakan Trusted Media Summit 2018. Dalam kesempatan ini juga Mafindo bersama 22 media publikasi di Indonesia sepakat untuk meluncurkan Cekfakta.com, yakni platform untuk mengklarifikasi berita hoaks.

"Kita perlu lembaga pemerintahan, kita kebingunan untuk mengklarifikasi berita, saya kira ide bagus, kita bisa menjalin kerjasama dengan Humas di kementerian lembaga," kata Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut dalam Konfrensi Pers Trusted Media Summit 2018, di Jakarta, Sabtu (5/5/2018).

Karena, menurutnya, Humas dari kementerian lembaga adalah salah satu tempat verifikasi yang bersifat otoritatif atas isu-isu yang berkembang di luar.

Dalam menanggulangi berita hoax, Ketua Masyarakat Antifitnah Indonesia [Mafindo] Septiaji Eko Nugroho menjelaskan, sampai saat ini pihaknya telah menjalin kerja sama dengan pihak Kementerian Komunikasi dan informatika (Kominfo) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

"Kalau Kominfo lebih banyak untuk gerakan literasi, dan kalau Polri punya Unit Pembinaan Masyarakat (Binmas), yang anggotanya turun ke lapangan untuk melakukan sosialisasi ke publik," jelasnya.

Dia berharap lebih banyak lagi pihak pemerintahan yang ikut bergabung dalam platform Cekfakta.com, sehingga berita hoaks ini dapat ditanggulangi dengan lebih baik.

"Banyak orang di media sosial yang tidak punya pengetahuan, tapi punya follower sangat banyak, bicara dalam postingannya ngawur, tapi dipercaya, ini kan bahaya sekali," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini di sini:

Penulis : M. Richard
Editor : Sutarno
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Topik-Topik Pilihan

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper