Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Bisa Isi Kebutuhan Minyak Nabati Global, Asal 3 Persoalan Ini Diatasi

Pelaku usaha menilai masih ada persoalan domestik dan eksternal yang harus diatasi agar Indonesia mampu memanfatkan potensi permintaan global 5 juta ton minyak nabati per tahun hingga 2025.
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha menilai masih ada persoalan domestik dan eksternal yang harus diatasi agar Indonesia mampu memanfatkan potensi permintaan global 5 juta ton minyak nabati per tahun hingga 2025.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyono menyebutkan persoalan itu mencakup produktivitas CPO yang relatif rendah, iklim berusaha yang tidak kondusif, dan pasar yang tidak ramah.

Mengutip data Masyarakat Sawit Indonesia (Maksi), dia mengatakan produktivitas sawit nasional berada pada peringkat 4, di bawah Malaysia, Kolombia, dan Thailand.

“Indonesia hanya lebih baik dari Nigeria. Bahkan, production cost per ton CPO perusahaan Indonesia yang terbaik masih kalah dengan perusahan Malaysia yang terjelek,” ujar Joko pada pengukuhan Pengurus Pusat, Dewan Pengawas, dan Dewan Pembina Gapki periode 2018-2023, Sabtu (21/4/2018).

Faktor lain yang dihadapi pelaku usaha sawit di Indonesia adalah ekonomi biaya tinggi akibat kendala infrastruktur, perizinan, serta biaya sosial dan keamanan. Menurut Joko, hambatan itu terutama terjadi di daerah. Padahal di level pusat, Presiden Joko Widodo sudah memperbaiki perizinan.

"Kami sudah comply dengan perizinan, tapi masih disalahkan. Kami sudah memenuhi semua persyaratan sesuai prosedur, tapi izin tidak kunjung terbit,” ungkap Joko.

Pasar ekspor yang tidak ramah juga masih membayangi industri sawit nasional. India sebagai pasar ekspor terbesar minyak nabati Indonesia justru memberlakukan tarif impor yang tinggi.

Begitu pula dengan Eropa yang selalu mencetak pertumbuhan pangsa pasar dari waktu ke waktu, kerap memunculkan hambatan perdagangan, baik yang bersifat tarif maupun nontarif.

"Selain dukungan pemerintah, perlu kerja keras semua pemangku kepentingan untuk memanfaatkan momentum permintaan global," kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper