Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) menilai aspek ketersediaan bungkil kedelai bisa mempengaruhi harga ayam di pasaran serta produktivitasnya.
Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengatakan bungkil kedelai merupakan komponen penting sebagai bahan baku pakan. Bungkil kedelai mengisi 25% dari total pakan yang diberikan kepada ternak
“Harga bungkil kedelai di pasar lokal tadinya Rp5.200 per kg, sekarang sudah terbang menjadi Rp7.600 per kg. Jadi artinya kalau bungkil kedelai naik Rp2.400, berarti kenaikan biaya pakan menjadi Rp2.400 x 25% = Rp600 per kg,” katanya kepada Bisnis, Rabu (18/4/2018).
Dengan begitu harga pakan dan ayam hidup juga akan terdongkrak naik. Sementara pemerintah memprediksikan produktivitas ayam hidup akan mengalami surplus 1 juta ton per tahun sampai dengan 2021. Namun belum dapat memproduksi bungkil kedelai dalam negeri.
Sudirman mengatakan bungkil kedela 100% impor, karena di dalam negeri tidak ada industri minyak kedelai. Bungkil kedelai adalah produk pengolahan kedelai menjadi minyak kedelai
“Tahun lalu kita impor bungkil kedelai 4.2 juta ton. Tertinggi nomor 2 di dunia,” tambahnya.
Menurutnya tahun ini, pengusaha pakan ternak mengalami situasi yang di luar perkiraan. Pasar komoditas dunia terguncang disebabkan karena dua hal.
“Pertama karena memang suplainya kurang, produksi kedelai dunia turun terutama karena ramalan kekeringan di Argentina. Kedua, diperburuk perang dagang antara China dengan USA,” tambahnya.
Menurutnya, bungkil kedelai pasti akan selalu ada dan dibutuhkan oleh peternak. Namun, harganya bisa mahal dan mempengaruhi harga pakan ternak ke peternak mandiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel