Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

VOLATILITAS PASAR: Manajer Investasi Racik Strategi Baru

Tingginya tingkat volatilias harga saham cukup membuat manajer investasi was-was. Meskipun dalam 2 hari terakhir menunjukkan kenaikan, peluang untuk terus terkoreksi masih ada.
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Karyawan mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Dealing Room Bank Permata, Jakarta, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya tingkat volatilias harga saham cukup membuat manajer investasi was-was. Meskipun dalam 2 hari terakhir menunjukkan kenaikan, peluang untuk terus terkoreksi masih ada.

Kalangan manajer investasi juga tengah bersiasat dengan memindahkan underlying aset untuk reksa dana saham. Sasarannya, saham dengan fundamental bagus dan valuasi yang tidak terlalu mahal.

"Karena saham-saham ini yang biasanya relatif lebih bertahan atau cepat pemulihannya dari koreksi harga," kata Head Investment Avrist Asset Management Farash Farich saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (10/4/2018).

Dia menjelaskan, ada sejumlah strategi yang telah disiapkan oleh perseroan untuk menghadapi pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang cukup fluktuatif ini. Pertama, diversifikasi pada saham-saham yang memiliki dividen yield di atas rata-rata pasar.

Kedua, melakukan eksekusi transaksi secara bertahap. "Biasanya cara ini dapat membantu menghasilkan average price atau cost yang lebih baik dibandingkan transaksi sekaligus," jelasnya.

Sepanjang pekan lalu, kinerja indeks reksa dana saham memang cukup negatif. Berdasarkan data Infovesta Utama, indeks reksa dana saham yang tercermin dalam Infovesta Equity Fund Index terkoreksi sebesar 0,43%.

Hasil berbeda ditunjukkan oleh indeks reksa dana pendapatan tetap yang tercermin dalam Infivesta Fixed Income Fund Index yakni sebesar 0,28%. Penyebabnya, kinerja pasar obligasi khususnya obligasi pemerintah yang juga menguat.

Chief Executive Officer PT Maybank Asset Management Denny Thaher menjelaskan, dalam hal underlying asset, pihaknya masih mengandalkan saham dibandingkan obligasi meskipun kondisi pada beberapa hari terakhir justru sebaliknya.

Alasannya, valuasi yang cukup menarik setelah adanya koreksi dan beberapa faktor siklus ekonomi yang lebih menguntungkan saham daripada obligasi.

"Namun kami mempertahankan kas level di kisaran 5%-15% untuk mengeksploitasi kesempatan trading di dalam market yang cenderung kita lihat fluktuatif dan sideways," kata dia.

Dalam hal strategi pemilihan saham, Maybank Asset Management masih menerapkan sistem barbell, di mana perseroan mengalokasikan beberapa porsi portofolio pada saham-saham dengan faktor idiosyncratic-risk dan momentum tinggi yang akan memberikan potensi keuntungan besar.

"Namun itu juga kami seimbangkan dengan porsi yang lebih besar pada saham-saham defensives atau neutral-beta stock di saat market risk-off," ujarnya.

Menurutnya, strategi ini cukup efektif untuk menjaga kinerja produk reksa dana menghadapi situasi pasar yang cenderung berubah, baik dari posisi risk-on ke risk-off maupun sebaliknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Tegar Arief
Editor : Ana Noviani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper