Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelepasan Hak Kekayaan Jadi Syarat Masuknya Investor Strategis di Sido Muncul

Penjualan hak kekayaan keluarga Hidayat ke PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) merupakan prasyarat masuknya investor strategis.
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pameran produk bahan baku industri farmasi, pangan fungsional, serta produk nutrisi dan kesehatan pada CPhI South East Asia dan Hi South East Asia 2017 di Jakarta, Rabu (22/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA -- Penjualan hak kekayaan keluarga Hidayat ke PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) merupakan prasyarat masuknya investor strategis.

Direktur SIDO Irwan Hidayat mengatakan setelah transaksi selesai dilakukan, maka seluruh resep jamu yang digunakan Sido Muncul dalam 70 tahun terakhir sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Keluarga Hidayat sebagai pemegang kekayaan intelektual tidak lagi berhak atas formula rahasia itu. 

"Ini jual putus," kata Irwan di Jakarta, belum lama ini.

Pada Senin (19/3/2018) kemarin, SIDO mengumumkan melakukan transaksi afiliasi dengan keluarga Hidayat dan CV Mekar Subur sebagai kendaraan keluarga. Transaksi senilai Rp33,95 miliar itu setara 1% dari ekuitas perusahaan. 

"Dulu [formula jamu] merupakan milik keluarga. Dijual ke Sido Muncul karena permintaan salah satu calon investor. Ke depan tidak ada lagi kewajiban hak kekayaan intelektual [SIDO] kepada keluarga  [Hidayat]," katanya. 

Irwan menyampaikan masuknya investor akan ditegaskan dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Maret ini. Calon investor diharapkan membawa jaringan dan relasi sehingga produk herbal maupun farmasi yang dihasilkan perusahaan dapat dipasarkan lebih luas. 

"Kami punya banyak rencana namun dengan masuknya investor goalnya [SIDO] dari perusahaan kekeluargaan menjadi profesional," kata Irwan.

Saat ini pemegang saham SIDO terdiri dari perusahaan keluarga di bawah payung PT Hotel Candi Baru (81%) dan publik 19%.  Investor kata dia, akan mengakuisisi saham keluarga. Calon investor sendiri disebut berasal dari Korea dan lokal. 

"Jumlahnya signifikan. Jumlahnya [ saham yang dilepas maupun nilainya disampaikan] setelah RUPS," katanya. 

Menurut Irwan, penjualan sebagian saham keluarga ini murni untuk mendorong perusahaan menjadi lebih besar. Penjualan hingga jumlah uang kas di SIDO masih sangat kuat. "Bahkan kalau nanti dibagi dividen [dalam RUPS] juga berasal dari kas internal," katanya. 

Langkah awal masuknya investor strategis itu tercermin dari pergantian komisaris independen perseroan. Dalam rapat umum pemegang saham umum luar biasa (RUPSLB) di awal 2018, pemegang saham SIDO menyetujui pengangkatan Eric Marnandus dan Ronnie Behar sebagai komisaris independen. Dua pria tersebut berasal dari Affinity Equiy Partners.

Berdasarkan data Bloomberg, perusahaan tersebut merupakan private equity internasional yang memiliki total aset sekitar US$4 miliar. Sepanjang 2016-2017, perusahaan investasi yang didirikan oleh Tang Kok Yew ini berinvestasi dalam Hyundai Card Co. Ltd., Jinmailang Beverage Co. Ltd., dan Burger King Korea.

Setelah akusisi rampung dilakukan, SIDO akan menyasar segmen makanan dan minuman sehat untuk memperluas pasar.

Irwan menyampaikan industri jamu memiliki potensi tumbuh signifikan karena pergeseran gaya hidup di masyarakat. Keinginan menggunakan produk alami dan herbal membuat potensi pasar terbuka semakin lebar. Trend gaya hidup sehat ini telah mewabah dari Amerika Serikat hingga Jepang.

"Potensi [bisnis] jamu kecil. Tapi masih ada [potensi bisnis] lainnya yakni makan dan minum [herbal]," katanya.

Saat ini terdapat sedikitnya 400-500 tanaman dan bahan alami dari Indonesia yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sebagi sumber olahan. Bahan ini dapat dikembangkan menjadi beragam produk. 

"Pemainnya masih terbatas. Ke depan pasti banyak yang masuk," kata Irwan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper