Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Ekspansi Kredit Perbankan Perlu Didukung Optimisme Dunia Usaha

Otoritas Jasa Keuangan menilai ekspansi kredit perbankan perlu ditopang optimisme dunia usaha agar penyaluran kredit bisa tumbuh lebih agresif.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menjawab pertanyaan wartawan, seusai acara Up Close & Personal Gathering dalam rangka perayaan 33 tahun kontribusi RSM Indonesia untuk Negeri, di Jakarta, Senin (5/3/2018)./JIBI-Abdullah Azzam
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menjawab pertanyaan wartawan, seusai acara Up Close & Personal Gathering dalam rangka perayaan 33 tahun kontribusi RSM Indonesia untuk Negeri, di Jakarta, Senin (5/3/2018)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan menilai ekspansi kredit perbankan perlu ditopang optimisme dunia usaha agar penyaluran kredit bisa tumbuh lebih agresif.

OJK memastikan likuiditas perbankan saat ini sangat baik hingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 7%. Saat ini bank berada di posisi aman dengan rasio kecukupan modal (CAR) yang tinggi dan rendahnya rasio kredit bermasalah (NPL).

Rasio CAR perbankan tercatat sebesar 23,6% sementara itu rasio NPL perbankan juga terjaga di bawah 3% yakni sebesar 2,86%. Ekses uang perbankan yang disimpan di Bank Indonesia nilainya juga cukup besar untuk menggerakan industri.

Meski demikian, peningkatan kinerja tersebut sedikit terhambat dengan perlambatan penyaluran kredit perbankan.

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengatakan perbankan memiliki modal untuk bergerak lebih cepat namun harus didukung dengan optimisme dunia usaha agar terjadi peningkatan permintaan kredit.

"Penyaluran kredit 8,35% tahun lalu bukan karena bank malas memberikan kredit, tapi karena ada beberapa nasabah yang terpaksa harus di write off," ujarnya dalam forum diskusi RSM Indonesia di Jakarta, Senin (5/3/2018).

Untuk menjaga rasio NPL kredibel di bawah 3% industri perbankan terpaksa menghapus sejumlah kredit berisiko.

Menurut Wimboh, jumlah kredit yang dihapusbuku dalam segmen tertentu tidak bisa menutup jumlah kredit yang sudah disalurkan sehingga berpengaruh pada rasio pertumbuhan kredit tahun lalu.

NPL tahun lalu dinilai meningkat karena harga komoditas sempat turun drastis sehingga memaksa pelaku di dunia usaha untuk lebih konservatif dalam menjalankan bisnis.

Dirinya optimistis tahun ini kondisi industri Indonesia seharusnya sudah mulai bergerak ke arah yang lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper